"Yang kita khawatirkan adalah diabetes itu salah satu gejalanya itu lemah, cepat merasa capek, kalau ada infeksi lama sembuhnya. Ada juga yang tadinya dia gemuk banget, tapi karena menderita diabetes berat badannya turun dengan cepat. Staminanya pun berkurang. Ini bisa mengganggu produktifitas pada pasien yang bersangkutan, padahal usianya usia produktif. Harusnya di usia itu mereka sedang mengejar karir, pendidikannya," ungkap dr. Koko atau yang memiliki nama lengkap dr. Andi Khomeini Takdir Haruni SpPD(K), Dokter Spesialis Penyakit Dalam.
"Ada 3P. Poliuri, yang sering buang air kecil. Polidipsi, cepat merasa haus sehingga sering minum. Dan Poliphagi, karena merasa dirinya capek dan lemah, jadi makan lebih banyak. Jangan sebut tiga-tiganya, ada yang mengalami dua dari tiga gejala saja itu hasil (mengidap penyakit) sudah ketemu dengan cepat," lanjutnya dalam program e-Life pada Jumat (30/12/2022) lalu.
Memiliki pola hidup dan pola makan yang tidak baik menjadi pemicu terjadinya diabetes meskipun tidak memiliki keturunan dari orang tua yang mengidap diabetes. Mulai dari sering mengonsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula berlebih.
"Karena saya sering survei kecil-kecilan di supermarket, minuman yang saya rekomendasikan adalah air putih, teh tawar atau setidaknya produk-produk less sugar. Setidaknya kita bisa baca dan tahu apa yang masuk ke badan kita," ujar dr. Koko.
"Kalau makanan juga sama. Mungkin saya juga harus menerapkan untuk meminta dicantumkan gizinya, jika memang makanan dalam kemasan. Tapi, sebenarnya ada cara yang lebih ideal. Kalau bisa, teman-teman semua masak sendiri. Kita bisa tahu yang masuk ke dalam tubuh kita, ada gizi seimbang, dan 4 sehat 5 sempurna," pungkasnya.
(mjt/mjt)