Sebelum kematiannya pada 27 Maret 1827, komposer musik klasik Ludwig van Beethoven menitipkan wasiat agar penyebab kematiannya dipelajari dan dibagikan ke publik.
Hampir 200 tahun pasca dirinya meninggal, para peneliti mengabulkan wasiat itu dengan menganalisis DNA Beethoven dari rambut yang sudah diawetkan. Mereka melakukan genome sequencing sampel sang komposer untuk pertama kalinya. Hasil temuan itu diterbitkan dalam jurnal Current Biology pada Rabu (22/3/2023).
Beethoven diketahui memiliki masalah gangguan pencernaan atau gastrointestinal yang parah. Di samping itu, Beethoven juga kehilangan pendengarannya di usia 48 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuan utama kami adalah untuk menjelaskan masalah kesehatan Beethoven, yang terkenal termasuk gangguan pendengaran progresif, dimulai pada usia pertengahan hingga akhir 20-an dan akhirnya membuatnya tuli secara fungsional pada tahun 1818," kata seorang profesor di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology Leipzig sekaligus rekan penulis studi Johannes Krause, dikutip dari CNN, Jumat (24/3/2023).
Pencipta karya 'Fur Elise' meninggal dunia di usia 56 tahun akibat penyakit kronis yang belum diketahui. Peneliti menggunakan lima sampel rambut untuk meneliti riwayat genetik, masalah kesehatan kronis, dan penyebab kematiannya.
Hasil Penelitian
Sejak kematiannya, banyak pertanyaan terkait penyakit yang diidap dan penyebab kematian Beethoven yang sebenarnya. Sebelumnya, penyebab kematian sang komposer disimpulkan akibat sirosis karena sudah dua kali terkena penyakit kuning, yang berkaitan dengan gangguan liver.
Peneliti melihat petunjuk yang bersembunyi di DNA sang komposer, dapat menambah konteks masalah kesehatannya. Hasilnya, mereka tidak menemukan penyebab pasti ketulian atau masalah pencernaan.
"Namun, kami menemukan sejumlah faktor risiko genetik yang signifikan untuk penyakit hati," kata Krause.
"Kami juga menemukan bukti adanya infeksi virus hepatitis B paling lambat beberapa bulan sebelum penyakit terakhir sang komposer. Itu kemungkinan berkontribusi pada kematiannya," tambahnya.
Surat-surat yang ditulis oleh Beethoven atau teman-temannya, menunjukkan bahwa sang komposer secara teratur mengonsumsi alkohol. Meskipun sulit untuk mengatakan berapa banyak dia minum, seorang teman dekat menulis bahwa Beethoven minum setidaknya satu liter anggur saat makan siang setiap hari.
Konsumsi alkohol dikombinasikan dengan faktor risiko genetik untuk penyakit hati dan infeksi hepatitis B. Hal ini kemungkinan menjadi penyebab pasti kematian Beethoven.
"Jika konsumsi alkoholnya cukup berat dalam jangka waktu yang cukup lama, interaksi dengan faktor risiko genetiknya memberikan satu kemungkinan penjelasan untuk sirosisnya," kata penulis studi utama Tristan Begg, PhD.
Begg menuturkan sampel genom Beethoven akan tetap digunakan untuk penelitian di masa depan. Sebab, masih ada pertanyaan yang belum terjawab termasuk alasan di balik gangguan pendengarannya.
"Kami berharap dengan membuat genom Beethoven tersedia untuk umum bagi para peneliti, dan mungkin menambahkan kunci yang diautentikasi lebih lanjut ke rangkaian kronologis awal. Pertanyaan yang tersisa tentang kesehatan dan silsilahnya suatu hari nanti dapat terjawab," kata Begg.
(hnu/naf)











































