Menghadapi ribuan tuntutan hukum yang menyatakan bahwa bedaknya menyebabkan kanker, Johnson and Johnson (J&J) bersikeras pada keamanan dan kemurnian produk ikoniknya. Tetapi dokumen internal yang menunjukkan bahwa bedak tabur perusahaan terkadang tercemar asbes karsinogenik dan J&J menyimpan informasi tersebut dari regulator dan publik.
Investigasi tahun 2018 oleh kantor berita Reuters mengklaim bahwa J&J tahu selama beberapa dekade bahwa asbes ada dalam produk bedaknya. Reuters mengatakan bahwa catatan internal perusahaan, kesaksian persidangan, dan bukti lain menunjukkan bahwa setidaknya dari tahun 1971 hingga awal 2000-an, bedak mentah dan bubuk jadi J&J terkadang terbukti positif mengandung asbes dalam jumlah kecil.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) otoritas lainnya tidak mengakui tingkat paparan asbes yang aman. Sementara kebanyakan orang yang terpapar tidak pernah terkena kanker, bagi sebagian orang, bahkan sejumlah kecil asbes sudah cukup untuk memicu penyakit bertahun-tahun kemudian.
Selama bertahun-tahun, telah diketahui bahwa banyak sumber bedak secara alami terkontaminasi asbes, yang menyebabkan mesothelioma. Kedua mineral tersebut sering terjadi dalam formasi geologi yang sama.
Meski demikian, J&J tidak fokus pada isu kontaminasi asbes pada bedak bayi yang merupakan salah satu produk konsumen andalannya.
Perusahaan itu akhirnya membayar sejumlah uang ganti rugi yang dialami korban bedak bayi tabur itu. Banyak di antara mereka mengidap kanker ovarium langka yang dikaitkan dengan penggunaan bedak tabur bayi J&J dalam jangka waktu lama.
Next: Bagaimana Asbes Menyebabkan Kanker Ovarium?
Simak Video "Video: Asbes, Material Murah yang Mengancam Kesehatan Paru-paru"
(kna/naf)