Studi Baru Temukan Otak Bayi Rusak gegara COVID-19, Virus Menembus Plasenta

Studi Baru Temukan Otak Bayi Rusak gegara COVID-19, Virus Menembus Plasenta

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Selasa, 11 Apr 2023 21:00 WIB
Studi Baru Temukan Otak Bayi Rusak gegara COVID-19, Virus Menembus Plasenta
Studi menemukan kasus otak bayi yang baru lahir rusak karena COVID-19. (Foto: Journal Pediatrics University of Miami Miller School of Medicine)
Jakarta -

Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Pediatrics University of Miami Miller School of Medicine baru-baru ini menemukan kasus kerusakan otak bayi yang baru lahir imbas COVID-19. Studi tersebut menyebut bahwa virus Corona mampu menembus plasenta.

Peneliti dari Universitas tersebut meneliti dua bayi dengan diagnosis kerusakan otak. Kedua bayi tersebut dilaporkan negatif COVID-19 saat lahir, namun kadar antibodi SARS-CoV-2 dalam darah mereka ditemukan meningkat. Artinya, antibodi melewati plasenta atau terjadi pelepasan virus dan memicu respons imun bayi.

Dalam studi tersebut, peneliti menyebut bayi mengalami kejang, ukuran kepala kecil, dan perkembangan yang terlambat. Dari dua kasus, satu bayi dinyatakan meninggal di usia 13 bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini adalah studi pertama yang mengkonfirmasi penularan SARS-Cov-2 lintas plasenta yang menyebabkan cedera otak pada bayi baru lahir.

"Banyak wanita terkena COVID-19 selama kehamilan, tetapi melihat masalah seperti ini pada bayi mereka saat lahir jelas tidak biasa," kata Shahnaz Duara, M D, profesor pediatri di Miller School of Medicine, direktur medis NICU di Rumah Sakit Anak Holtz, dan penulis senior dalam penelitian ini.

ADVERTISEMENT

"Kami mencoba memahami apa yang membuat kedua kehamilan ini berbeda sehingga kami dapat mengarahkan penelitian untuk melindungi bayi yang rentan," imbuhnya lagi.

Sang ibu tertular COVID-19 pada trimester dua lalu dinyatakan negatif. Sementara salah satu ibu dari dua kasus tersebut mengalami infeksi berulang pada trimester tiga, serta menunjukkan respons imun ibu dan janin yang tidak biasa terhadap virus mungkin berperan.

Meskipun begitu, kedua kasus ini masih belum diketahui secara pasti apakah dipicu oleh sitokin plasenta yang meradang atau virus COVID-19 yang benar-benar melewati plasenta.

"Begitu kami sepenuhnya memahami penyebabnya, kami dapat mengembangkan intervensi yang paling tepat," kata Merline Benny, M D, asisten profesor pediatri, ahli neonatologi dan penulis pertama.




(suc/kna)

Berita Terkait