Viral sebuah video di media sosial TikTok terkait gangguan mental ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Pengunggah video tersebut mengklaim bahwa dirinya mengidap ADHD karena mempunyai perilaku yang tidak biasa, yakni serba impulsif dan tak bisa menahan diri untuk memegang ini-itu ketika sedang berjalan.
Namun, banyak netizen meragukan apakah betul perilaku dalam video tersebut merupakan ciri-ciri ADHD. Terlebih sejumlah warganet mengingatkan, ADHD adalah kondisi yang memerlukan diagnosis dari profesional, tidak bisa ditebak-tebak oleh awam.
"POV ketika lu terkena ADHD," tulis narasi dalam video tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ADHD merupakan kondisi kompleks yang diperkirakan dimulai sejak kanak-kanan dan dapat mempengaruhi orang dengan berbagai cara. Dikutip dari NHS, ADHD memiliki 2 kategori dalam gejalanya yakni dominan inattentive dan dominan hiperaktif-impulsif.
Kondisi tersebut membuat pengidapnya gelisah secara terus-menerus, kesulitan dalam berkonsentrasi, dan berbicara yang berlebihan.
Tak sedikit netizen yang mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak melakukan self diagnosis terkait kondisi ADHD. Pasalnya, ADHD memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dari profesional sehingga tidak bisa didiagnosis hanya dengan tanda-tanda yang muncul.
Bagaimana Tanggapan Psikolog?
Mengacu pada video yang viral tersebut, psikolog klinis dari Ohana Space, Kantiana Mega Radyani, Mpsi mengatakan bahwa perilaku yang ditampilkan dalam video belum tentu ciri pengidap ADHD.
"Dari video tadi kita tidak bisa menyimpulkan begitu saja," ujarnya, saat dihubungi detikcom, Selasa (6/6/2023).
"Jadi kita nggak bisa main judge, main bilang semua orang ADHD, semua orang ada gangguan tertentu. Kalaupun mau ada diagnosa, ADHD itu harus diperiksa ke psikolog atau psikiater," tambahnya.
Ia juga menambahkan bahwa pengidap ADHD menunjukkan adanya perilaku hiperaktivitas dan impulsif atau spontan saat melakukan suatu hal.
"Itu nggak bisa didiagnosa begitu saja. Jadi mentang-mentang orang itu hiperaktif atau impulsif, main spontan-spontan aja melakukan sesuatu gitu nggak dipikir dulu, itu berarti mereka kena ADHD. Itu nggak bisa," jelasnya.
Senada, psikolog klinis Liza M Djaprie menegaskan bahwa diagnosis ADHD memerlukan pemeriksaan khusus dari profesional sehingga tidak bisa dilakukan sendiri dengan orang awam.
"Jadi agak susah, satu kondisi yang cukup kronik di mana dia sulit untuk fokus, kemudian sulit membuat planning, dia hiperaktif banget dan sangat impulsif. Jadi seperti nggak ada remnya. Aku ingin ini, aku kerjain. Kemudian lagi mengerjakan apa, ada distraksi apa, langsung ke sana. Ini sebenarnya ADHD kalau secara gampang menggambarkannya," kata Liza dalam siaran detik Pagi, Jumat (9/6).
NEXT: Apakah ADHD bisa sembuh?
Apakah ADHD Bisa Sembuh?
Menurut psikolog klinis Liza M Djaprie, ADHD yang sembuh diartikan sebagai gejala yang terkendali dan terkelola dengan baik. Pasalnya, ADHD mempengaruhi fungsi otak dan perilaku pengidapnya, sehingga tidak bisa sembuh secara total.
Liza juga menambahkan bahwa seseorang yang mengidap ADH, kemungkinan mengalami kekambuhan jika tidak mengelola kehidupannya dengan baik, seperti melewat terapi atau catatan lainnya.
"Jadi apakah bisa sembuh? Bisa, tapi kita punya kesadaran. Misalnya ADHD-nya sedikit kambuh lagi, mulai ada perilaku impulsif lagi, kemudian ada hal-hal yang terganggu lagi, tunggu ya, aku mungkin kemarin lupa terapinya atau oh aku lupa buat catatan. Nah itu harut tahu ada kesadaran-kesadaran seperti itu," jelasnya.











































