Warning! 1,3 Miliar Penduduk Bumi Diprediksi Idap Diabetes pada 2050

Warning! 1,3 Miliar Penduduk Bumi Diprediksi Idap Diabetes pada 2050

Jieffa Nurhaliza - detikHealth
Minggu, 25 Jun 2023 11:01 WIB
Warning! 1,3 Miliar Penduduk Bumi Diprediksi Idap Diabetes pada 2050
Diabetes adalah penyakit mematikan. (Foto: Getty Images/BakiBG)
Jakarta -

Sebuah penelitian memprediksi bahwa jumlah orang yang mengalami diabetes di seluruh dunia akan meningkat lebih dari dua kali lipat yakni menjadi 1,3 miliar pada tahun 2050 mendatang. Peningkatan ini didorong oleh rasisme struktural dan ketidaksetaraan antar negara.

Berdasarkan analisis yang paling komprehensif dan mengacu pada data global yang diproyeksikan hingga tahun 2050, setiap negara di dunia akan melihat peningkatan jumlah pasien dengan gejala kronis.

Sekitar 529 juta orang diperkirakan hidup dengan penyakit diabetes yang merupakan salah satu dari 10 penyebab utama kematian dan kecacatan di dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Channel News Asia, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet, kenaikan jumlah kasus diabetes hingga 1,3 miliar dalam kurun waktu kurang dari tiga dekade akan didominasi oleh diabetes tipe dua sebanyak 95 persen.

Tingginya nilai indeks massa tubuh yang merupakan indikasi orang kelebihan berat badan, diduga akan menjadi penyebab lebih dari 50 persen kematian dan kecacatan akibat diabetes. Selain itu, terdapat faktor lain seperti kurangnya olahraga, pola makan yang tidak baik, merokok, hingga terlalu sering mengonsumsi minuman beralkohol.

ADVERTISEMENT

Ilmuwan peneliti utama di Institute for Health Metrics and Evaluation di University of Washington sekaligus penulis jurnal tersebut dr Liane Ong mengatakan bahwa salah satu faktor terjadinya peningkatan diabetes yakni perubahan pola makan.

"Selama 30 tahun, berbagai negara telah benar-benar bermigrasi dari kebiasaan makanan tradisional. Mungkin dari kebiasaan makan lebih banyak buah dan sayuran, makan sayuran yang lebih sehat, menjadi ke lebih banyak makanan olahan," kata dr Ong dikutip dari Channel News Asia pada Minggu (25/6/2023).

Penelitian ini juga memperkirakan pada tahun 2045 sekitar 30 persen orang dewasa di negara berpenghasilan rendah dan menengah akan mengalami penyakit diabetes.

Namun, kasusnya menjadi lebih parah di negara-negara kaya seperti Amerika Serikat, yakni hampir 1,5 kali lebih tinggi mengalami diabetes oleh kalangan kelompok minoritas seperti kulit hitam, asia, Hispanik, hingga masyarakat lokal Amerika. Hal ini diungkapkan dalam sebuah penelitian terpisah yang diterbitkan di jurnal ilmiah Lancet.

Selain itu, penulis pendamping Leonard Egede dari Medical College of Wisconsin, menyalahkan kaskade kesenjangan diabetes yang meluas.

"Kebijakan rasis seperti segregasi tempat tinggal mempengaruhi pola hidup masyarakat, akses mereka ke makanan yang cukup dan sehat, serta pelayanan perawatan kesehatan," katanya Leonard Egede dalam pernyataannya.

"Tantangannya adalah kita tidak benar-benar melihat satu jenis intervensi yang akan memperbaiki segalanya," ujar dr Ong

Sebaliknya, melawan diabetes juga membutuhkan perencanaan dalam jangka panjang, investasi, dan perhatian dari negara-negara di seluruh dunia. Dalam sebuah editorial, The Lancet mengatakan bahwa dunia telah gagal untuk memahami sifat sosial diabetes dan meremehkan skala serta ancaman yang telah ditimbulkan oleh penyakit diabetes.

"Diabetes akan menjadi penyakit yang menentukan abad ini," pungkasnya.




(kna/kna)

Berita Terkait