Pakar Ungkap Pentingnya Deteksi Dini-Perawatan Pasien Gagal Jantung

Sukma Nur Fitriana - detikHealth
Rabu, 26 Jul 2023 17:11 WIB
Foto: dok. Roche
Jakarta - Gagal jantung adalah penyakit kompleks kronis yang memiliki mortalitas serta morbiditas yang tinggi. Tak hanya itu, penyakit ini juga merupakan beban sosial ekonomi yang sangat besar bagi masyarakat.

Menanggapi hal itu, Asian Pacific Society of Cardiology (APSC) yang terdiri dari 22 Kardiologis se-Asia Pasifik menggelar kongres ke-27 di Singapura. Dalam laporan tersebut dibahas mengenai sebuah laporan berjudul 'Heart Failure Unseen: Unmasking the gaps and escalating crisis in Asia Pacific'.

Laporan tersebut menggali kesenjangan pada standar perawatan pasien gagal jantung saat ini, dampaknya terhadap pasien dan sistem perawatan kesehatan, dan masa depan manajemen perawatan gagal jantung. Laporan ini juga memaparkan pentingnya biomarker NT-proBNP dalam diagnosis gagal jantung dan hasil uji coba manajemen perawatan gagal jantung bernama STRONG-HF.

Hadir mewakili Indonesia, Ketua Kelompok Kerja Gagal Jantung Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, dr. Siti Elkana Nauli, SpJP(K), FIHA, FHFA pun menekankan pentingnya untuk mengidentifikasi pasien gagal jantung sedini mungkin untuk menurunkan tingkat rawat inap dan memperbesar angka kelangsungan hidupnya.

"Kesadaran menjadi kunci manajemen gagal jantung. Pertama. khususnya orang dengan faktor risiko gagal jantung untuk memiliki kesadaran tentang gejala yang dialami dan bagi yang sudah menderita gagal jantung untuk disiplin berobat dan kontrol ke dokter. Kedua, bagi dokter non-spesialis jantung untuk jangan terlambat merujuk pasien dengan gejala gagal jantung ke dokter spesialis jantung," jelas dr. Nauli dalam keterangan tertulis, Rabu (26/7/2023).

Lebih lanjut diungkapkan berdasarkan sebuah studi, di Indonesia tercatat ada 5% dari total jumlah penduduk yang mengidap penyakit gagal jantung. 17% pasien mengalami rawat inap berulang akibat gagal jantung dan 11.3% pasien meninggal dalam 1 tahun perawatan.

Penyakit jantung juga bukan hanya mengurangi produktivitas masyarakat, tetapi juga membebani BPJS Kesehatan hingga Rp 12 triliun pada tahun 2022. Mengingat besarnya dampak penyakit ini, maka penanganan gagal jantung dengan pencegahan secara dini dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk dilakukan.

Sebab dr. Siti menjelaskan gagal jantung adalah sebuah kondisi serius, karena jantung tidak mampu untuk memompa darah yang cukup untuk tubuh. Biasanya ditandai dengan adanya sesak nafas, kelelahan, dan pembengkakan di area kaki.

Faktor risiko gagal jantung biasanya adalah diabetes, hipertensi, obesitas, penyakit jantung koroner dan gaya hidup seperti kurang berolahraga dan merokok. Dikarenakan gejalanya yang tidak spesifik dan seringkali tidak disadari saat tahap awal, gagal jantung sulit atau terlambat untuk didiagnosis.


(anl/ega)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork