Faskes Kolaps, WHO Khawatir Warga Gaza Lebih Banyak yang Tewas Akibat Penyakit

Faskes Kolaps, WHO Khawatir Warga Gaza Lebih Banyak yang Tewas Akibat Penyakit

Vidya Pinandhita - detikHealth
Kamis, 30 Nov 2023 12:00 WIB
Faskes Kolaps, WHO Khawatir Warga Gaza Lebih Banyak yang Tewas Akibat Penyakit
WHO menyoroti potensi orang meninggal di Gaza akibat penyakit akan lebih banyak daripada akibat serangan bom. Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Jakarta -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyoroti, akan ada lebih banyak orang meninggal dunia akibat penyakit dibandingkan akibat serangan bom di Jalur Gaza. Pasalnya imbas sistem kesehatan yang kini hancur, kasus penyakit menular dan diare pada anak-anak kini melonjak di Jalur Gaza.

Mengacu pada angka yang dipegang WHO, otoritas kesehatan Gaza melaporkan kini lebih dari 15.000 orang telah dipastikan meninggal dunia akibat pemboman Israel di wilayah tersebut. Sekitar 40 persen dari total pasien tersebut adalah anak-anak. Banyak orang khawatir, masih banyak jenazah hilang di bawah reruntuhan.

"Pada akhirnya kita akan melihat lebih banyak orang meninggal karena penyakit daripada yang kita lihat akibat pemboman jika kita tidak mampu mengembalikan (menyatukan) sistem kesehatan ini," kata Margaret Harris dari WHO pada briefing PBB di Jenewa, dikutip dari Reuters, Kamis (30/11/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyampaikan kekhawatirannya perihal peningkatan penyakit menular. Pasalnya, kasus diare pada anak-anak berusia lima tahun ke atas melonjak hingga lebih dari 100 kali lipat dari tingkat normal sejak awal November.

"Semua orang di mana pun kini mempunyai kebutuhan kesehatan yang sangat mendesak karena mereka kelaparan karena kekurangan air bersih dan (mereka) berdesakan," tutur Harris.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut juru bicara Badan Anak-anak PBB di Gaza, James Elder, melaporkan bahwa rumah sakit di wilayah Gaza kini dipenuhi korban anak-anak yang menderita luka bakar dan pecahan peluru, serta gastroenteritis akibat meminum air kotor.

"Saya bertemu banyak orang tua.Mereka tahu persis apa yang dibutuhkan anak-anak mereka. Mereka tidak memiliki akses terhadap air bersih dan ini melumpuhkan mereka," katanya.

Elder menjelaskan, dirinya sempat melihat seorang anak yang kakinya hilang, tergeletak di lantai rumah sakit selama beberapa jam. Anak tersebut tak kunjung bisa mendapatkan perawatan karena rumah sakit kekurangan tenaga medis. Anak-anak lain yang terluka terbaring di kasur darurat di tempat parkir dan taman di luar.

"(Tidak ada) obat-obatan, tidak ada kegiatan vaksinasi, tidak ada akses terhadap air bersih dan kebersihan serta tidak ada makanan," tutur Harris lebih lanjut mengenai kondisi kehidupan para pengungsi di Gaza utara.

Harris menggambarkan runtuhnya Rumah Sakit Al Shifa di Gaza utara sebagai sebuah 'tragedi'. Ia menyatakan keprihatinan tentang penahanan beberapa staf medisnya oleh pasukan Israel selama konvoi evakuasi WHO.

Sebanyak 26 dari 36 rumah sakit, telah ditutup seluruhnya di Gaza karena pemboman atau kekurangan bahan bakar.




(vyp/kna)

Berita Terkait