Selama lebih dari 150 tahun, alasan warna urine yang cenderung kekuningan menjadi tanda tanya di dunia medis. Baru-baru ini, ilmuwan akhirnya berhasil menemukan penjelasannya. Seperti apa temuannya?
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Nature Microbiology. Para peneliti dari Universitas Maryland dan Institut Kesehatan Nasional menyebut, pihaknya telah mengidentifikasi bilirubin sebagai penyebab warna cairan urine umumnya berwarna kuning atau keemasan.
Diketahui, urine merupakan campuran air, elektrolit, dan limbah yang disaring oleh ginjal. Sebenarnya, para ilmuwan telah mengidentifikasi urobilin sebagai penyebab di balik pigmentasi kuning pada urine sejak 1868. Namun selama ini, apa yang menyebabkan warna tersebut tak kunjung berhasil dikuak oleh para peneliti.
"Sungguh luar biasa bahwa fenomena biologis sehari-hari tidak dapat dijelaskan begitu lama, dan tim kami sangat bersemangat untuk dapat menjelaskannya," kata Brantley Hall, asisten profesor di Departemen Biologi Sel dan Genetika Molekuler Universitas Maryland dikutip dari New York Post, Rabu (10/1/2024).
Dijelaskannya, proses pewarnaan ini terjadi karena sel darah merah mencapai akhir siklus hidupnya pada enam bulan, kemudian terdegradasi menjadi pigmen bilirubin berwarna oranye terang. Biasanya, pigmen mulai meresap ke dalam usus, untuk kemudian dikeluarkan atau diserap kembali sebagian.
Peneliti menemukan, setelah mencapai usus, mikroorganisme dapat mengubah bilirubin menjadi berbagai molekul lain.
"Mikroba usus mengkode enzim bilirubin reduktase yang mengubah bilirubin menjadi produk sampingan tidak berwarna yang disebut urobilinogen," jelas Hall.
"Urobilinogen kemudian secara spontan terurai menjadi molekul yang disebut urobilin, yang bertanggung jawab atas warna kuning yang kita semua kenal," ujarnya lebih lanjut.
(vyp/kna)