Sebuah studi mengungkap fakta terbaru soal rentang hidup manusia. Dalam studi itu, disebutkan bahwa manusia mungkin bisa hidup antara 120 hingga 150 tahun.
Penelitian itu dipublikasi secara online pada tanggal 25 Mei di jurnal Nature Communications. Para peneliti menggunakan pemodelan matematika untuk memprediksi usia manusia.
Para peneliti mengungkap setelah usia 120 hingga 150 tahun, tubuh manusia akan kehilangan kemampuannya untuk pulih dari stres seperti penyakit dan cedera, yang mengakibatkan kematian. Jika terapi dikembangkan untuk meningkatkan ketahanan tubuh, para peneliti berpendapat hal ini mungkin dapat memungkinkan manusia untuk hidup lebih lama dan lebih sehat.
"Studi ini mengandalkan data historis dan terkini dari populasi manusia," kata Judith Campisi, seorang profesor di Buck Institute for Research on Aging di Novato, California, kepada Live Science.
Para peneliti menganalisis kumpulan data besar dari AS, Inggris, dan Rusia, yang bersama-sama mencakup data medis anonim untuk lebih dari 500.000 orang. Mereka menggunakan data dari tes darah sederhana.
Orang-orang yang ada di data tersebut melakukan tes darah beberapa kali selama beberapa bulan. Para peneliti mengamati dua angka yang dikumpulkan dari tes darah untuk tiga kelompok umur berbeda, yakni rasio dua jenis sel darah putih yang mampu melawan penyakit dan ukuran variabilitas ukuran sel darah merah.
Dekan Fakultas Kedokteran Kirk Kerkorian dan wakil presiden urusan kesehatan di Universitas Nevada, Las Vegas, Dr Marc J Kahn, mengatakan sama seperti seseorang yang mungkin memiliki uban, kedua angka ini juga meningkat seiring bertambahnya usia. Para ilmuwan menyebutnya sebagai biomarker penuaan.
Dari tes darah tersebut, mereka kemudian menggunakan model komputer untuk menentukan apa yang mereka sebut indikator keadaan organisme dinamis atau DOSI, untuk setiap orang.
Pada dasarnya itu merupakan ukuran 'usia biologis' yang dapat mereka gunakan bersama dengan waktu antara tes darah, untuk mengukur seberapa besar kondisi organisme tersebut. Ini yang dilakukan untuk memperkirakan waktu pemulihan seseorang dari stres, seperti penyakit atau cedera.
"Masalahnya adalah pada titik tertentu dalam penuaan, waktu pemulihan sangat lama sehingga kita kehilangan ketahanan," kata Khan.
(sao/kna)