Waspada Sindrom Brugada, Penyakit Pengancam di Waktu Tidur

detik sore

Waspada Sindrom Brugada, Penyakit Pengancam di Waktu Tidur

20detik Signature - detikHealth
Kamis, 03 Okt 2024 15:15 WIB
Waspada Sindrom Brugada, Penyakit Pengancam di Waktu Tidur
Foto: Maulana Irsyad
Jakarta -

Meninggalnya sosok Marissa Haque menjadi berita yang mengejutkan di beberapa hari ke belakang. Kondisi terakhir sebelum meninggal diungkap oleh adiknya Soraya Haque. Ia mengatakan jika Marissa meninggal dunia di kamar tidurnya tanpa menunjukan tanda-tanda apapun.
Dikutip dari detikHealth, ketika ditemukan, Soraya mengungkapkan bahwa kakaknya sudah berada dalam kondisi yang tidak bergerak. Setelah dirujuk ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Akhirnya surat kematian pun diterbitkan setelah Marissa Haque dinyatakan meninggal dunia pada hari Rabu 2 Oktober 2024 pukul 00.43 WIB.
Meskipun tanpa tanda-tanda apapun, situasi yang dialami oleh Marissa Haque bisa dijelaskan secara medis. Dikutip dari detikHealth, kondisi kehilangan nyawa dalam keadaan tertidur disebut juga dengan kematian nokturnal. Sesuai dengan sebutannya, kematian nokturnal sering terjadi antara pukul 10.00 malam hingga 06.00 pagi di waktu tidur.

Sebuah studi tahun 2021 yang dilakukan oleh Heart Rhythms memaparkan dari semua kemungkinan penyebab kematian nokturnal (kematian saat tidur), serangan jantung mendadak termasuk yang paling umum. Sindrom kematian nokturnal pun memiliki nama lain yaitu sindrom Brugada.
Mengutip dari laman Kementerian Kesehatan RI, Sindrom tersebut merupakan sebuah kelainan genetik pada jantung yang membuat bilik jantung bagian bawah atau ventrikel bergerak lebih cepat dan tak beraturan. Situasi ini membuat tercegahnya darah bersirkulasi dengan baik di dalam tubuh.

Nama sindrom ini diambil dari dua dokter asal Spanyol bernama, Josep Brugada dan Pedro Brugada. Mereka pertama kali mendeskripsikan temuannya pada tahun 1992. Sejak saat itu, Brigada Syndrome menjadi fokus penelitian dan perhatian medis dalam upaya untuk memahami lebih baik penyebab, gejala dan pengelolaanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak penderita sindrom Brugada dapat menjalani kehidupan normal dan melibatkan diri dalam aktivitas sehari-hari seperti pada umumnya. Meskipun demikian, ada juga beberapa orang yang mungkin terganggu oleh gejala sindrom Brugada dalam kehidupan sehari-harinya.

Lalu apakah sindrom Brugada telah menjadi perhatian dalam dunia kesehatan di Indonesia? Bagaimana dokter dan spesialis menangani penyakit ini? Apa saja hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko irama jantung cepat yang jadi salah satu penyebab sindrom ini? Semuanya akan kita bahas bersama redaktur detikHealth dalam Editorial Review.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya detikSore akan membahas soal perdagangan bayi di wilayah Jawa-Bali. Diketahui, baru-baru ini ditemukan praktik jual-beli bayi yang menyasar ibu-ibu hamil yang tengah terkendala ekonomi. Bagaimana sindikat jual-beli bayi ini bisa terjadi? Apa saja yang menjadi penyebabnya? Seperti apa situasi terbaru dari penyelidikan kasus ini? Simak liputan selengkapnya bersama Kontributor detikcom Wilayah Bali hanya di Indonesia Detik Ini.

Lalu untuk menutup detikSore hari ini, Sunsetalk akan menghadirkan Chief Digital Officer InvestasiKu untuk belajar, bagaimana cara menghitung Break Even Point (BEP) untuk investasi saham. Ikuti diskusinya jelang matahari terbenam nanti.

Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.

"Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore"

(far/far)

Berita Terkait