Ketersediaan obat, alat kesehatan, dan layanan medis pasca banjir bandang serta longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera masih minim.
Menurut Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Lucia Rizka Andalucia, kerusakan infrastruktur kesehatan sangat terlihat di beberapa kabupaten. Dilaporkan mengalami kerusakan total, termasuk pada fasilitas penyimpanan obat.
"Di beberapa daerah, gudang farmasinya hancur, obat dan vaksin rusak semua," kata Rizka dalam konferensi pers Jumat (5/12/2025).
Kondisi ini menyebabkan stok obat untuk pengungsi serta pasien dengan penyakit akut dan kronis harus segera dipasok kembali dari daerah yang tidak terdampak. Di wilayah Lhokseumawe, tantangan bertambah karena jumlah pengungsi yang besar membuat penyakit menular mulai muncul.
"Di pengungsian sudah mulai terlihat demam, batuk, pilek, diare. Itu kita supply terus agar tidak kekurangan," jelasnya.
Kemenkes menempatkan fokus khusus pada pemenuhan obat-obatan esensial seperti antibiotik, obat infeksi saluran napas, obat diare, serta suplai air bersih dan alat kesehatan dasar. Upaya ini dilakukan agar penyakit tidak berkembang menjadi wabah di tengah kondisi sanitasi yang menurun akibat banjir.
Pelayanan Cuci Darah Sempat Terhenti
Selain layanan dasar, Rizka menekankan pasien dengan kondisi kronis memerlukan perhatian khusus. Salah satunya adalah pasien cuci darah (hemodialisa) yang tidak boleh mengalami jeda layanan. Total ada lebih dari 5 ribu pasien HD yang terdampak bencana.
"Contohnya pasien cuci darah. Itu harus rutin, tidak bisa ditunda. Maka suplai kita pusatkan ke Medan. Hemodialisa nggak boleh terhenti," katanya.
Meski sempat terkendala, pasien HD dari wilayah terdampak kini berhasil ditransfer ke fasilitas yang aman, sehingga layanan bisa kembali berjalan lancar.
"Alhamdulillah sudah mulai lancar pasien HD tersebut," tambahnya.
(naf/kna)