Potret Perjuangan Melawan Depresi Pasca Melahirkan dengan Jiu-jitsu

"Saya adalah pejuang dan pejuang dinilai dari kualitas hatinya," tutur Shantelle. Tato Barkindji Dreaming yang melambangkan darah aboriginnya adalah bukti bahwa siapun bisa menjadi apa saja. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
"Ketika aku pertama kali menekuni jiu-jitsu, aku adalah satu-satunya wanita di tempat latihan. Tidak ada yang mengistimewakan diriku, dan aku bertekad untuk menjadi sekuat para pria yang ada," ucapnya. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
 
Keterlibatannya di seni bela diri jiu-jitsu beranjak hingga dewasa. Prestasinya tak sedikit, Shantelle pernah menjuarai beberapa kejuaraan dunia. Dari jiu-jitsu pula ia akhirnya bertemu dengan sang suami, George Tuuholoaki. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Ketika melahirkan anak kedua dan ketiganya, Jaida dan Soane, Shantelle mengalami gejala depresi pasca melahirkan yang cukup parah. Ia sering bermimpi buruk menyakiti pasangan anak kembar tersebut. Bahkan suatu ketika, ia mengaku pernah nyaris mencekik anaknya karena mengira dirinya sedang bermimpi. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Pasangan ini pun sepakat mencoba berolahraga lebih intens sebagai bentuk terapi. Langkah ini terbukti tepat karena Shantelle mengaku jarang mengalami mimpi buruk atau memiliki pikiran-pikiran jahat kepada anak-anaknya. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
"Aku akan pergi ke dojo dan berlatih jiu-jitsu. Dengan begitu, aku tidak bisa memikirkan hal-hal buruk karena pikiranku dipenuhi dengan berbagai trik untuk bisa lepas dari pitingan dan bantingan lawan," papar wanita berusia 33 tahun ini. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Ia juga mengajar kelas bela diri bagi wanita. Salah satunya adalah program bersama para perempuan dari Worawa Aboriginal College. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Tak hanya jiu-jitsu, Shantelle juga mengajarkan bela diri melalui gulat dan juga meditasi. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
"Mungkin dari luar terlihat mengerikan. Namun seni bela diri mampu membantuku dan mereka yang memiliki pengalaman buruk dan trauma untuk menyalurkannya. Bukan hanya soal kekuatan fisik, namun juga ketahanan mental," ujarnya. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
"Bagiku, seluruh ibu adalah pejuang," ungkapnya. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Saya adalah pejuang dan pejuang dinilai dari kualitas hatinya, tutur Shantelle. Tato Barkindji Dreaming yang melambangkan darah aboriginnya adalah bukti bahwa siapun bisa menjadi apa saja. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Ketika aku pertama kali menekuni jiu-jitsu, aku adalah satu-satunya wanita di tempat latihan. Tidak ada yang mengistimewakan diriku, dan aku bertekad untuk menjadi sekuat para pria yang ada, ucapnya. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia) 
Keterlibatannya di seni bela diri jiu-jitsu beranjak hingga dewasa. Prestasinya tak sedikit, Shantelle pernah menjuarai beberapa kejuaraan dunia. Dari jiu-jitsu pula ia akhirnya bertemu dengan sang suami, George Tuuholoaki. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Ketika melahirkan anak kedua dan ketiganya, Jaida dan Soane, Shantelle mengalami gejala depresi pasca melahirkan yang cukup parah. Ia sering bermimpi buruk menyakiti pasangan anak kembar tersebut. Bahkan suatu ketika, ia mengaku pernah nyaris mencekik anaknya karena mengira dirinya sedang bermimpi. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Pasangan ini pun sepakat mencoba berolahraga lebih intens sebagai bentuk terapi. Langkah ini terbukti tepat karena Shantelle mengaku jarang mengalami mimpi buruk atau memiliki pikiran-pikiran jahat kepada anak-anaknya. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Aku akan pergi ke dojo dan berlatih jiu-jitsu. Dengan begitu, aku tidak bisa memikirkan hal-hal buruk karena pikiranku dipenuhi dengan berbagai trik untuk bisa lepas dari pitingan dan bantingan lawan, papar wanita berusia 33 tahun ini. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Ia juga mengajar kelas bela diri bagi wanita. Salah satunya adalah program bersama para perempuan dari Worawa Aboriginal College. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Tak hanya jiu-jitsu, Shantelle juga mengajarkan bela diri melalui gulat dan juga meditasi. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Mungkin dari luar terlihat mengerikan. Namun seni bela diri mampu membantuku dan mereka yang memiliki pengalaman buruk dan trauma untuk menyalurkannya. Bukan hanya soal kekuatan fisik, namun juga ketahanan mental, ujarnya. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)
Bagiku, seluruh ibu adalah pejuang, ungkapnya. (Foto: Jane Cowan/ABC Australia)