Menghindari hukuman adalah salah satu alasan seseorang berbohong. Tidak hanya sering dilakukan anak-anak, berbohong karena alasan ini juga banyak dilakukan orang dewasa. Foto: Ilustrasi/thinkstock
Berbohong yang dilakukan untuk menguntungkan pelakunya adalah bentuk agresi untuk mendapatkan keuntungan. Ini contohnya bisa dilakukan seorang salesman kepada calon konsumen. Foto: Ilustrasi/thinkstock
Kebohongan juga bisa dilakukan dengan tujuan mendapatkan kekuatan. Pembohong dengan alasan ini akan merasa dirinya menjadi superior setelah banyak orang memercayai kebohongannya. Foto: Ilustrasi/thinkstock
Niat bersenang-senang dengan membuat kebohongan yang bersifat lelucon tidak selalu baik. Bukan bermaksud menghibur, alasan berbohong seperti itu sering mengandung agresi dan permusuhan. Foto: Ilustrasi/thinkstock
Kebohongan dengan alasan memenuhi keinginan sering dilakukan anak-anak usia 4-7 tahun. Sering kali anak-anak mengatakan sesuatu yang tidak benar karena mereka sangat menginginkannya. Foto: Ilustrasi/thinkstock
Berbohong di satu sisi baik untuk menutupi kebenaran yang menyakitkan. Misalnya, kebenaran akan kondisi kesehatan seseorang yang belum tepat disampaikan pada waktu tertentu atau akan memicu kepanikan. Foto: Ilustrasi/thinkstock
Alasan lain dari orang yang berbohong adalah untuk memanipulasi perilaku orang lain. Orang yang berbohong ini akan mendistorsi kebenaran untuk mengejar kebutuhan dan keinginan mereka sendiri atau orang lain. Foto: Ilustrasi/thinkstock
Berbohong juga bisa untuk kebaikan jika dilakukan untuk menolong orang lain dari kesusahan. Contoh dari ini adalah bagaimana masyarakat Belanda pada Perang Duni 2 berbohong untuk melindungi orang-orang Yahudi dari sergapan Nazi. Foto: Ilustrasi/thinkstock
Sisi positif lain dari berbohong adalah jika dilakukan dengan alasan mengatur konflik. Contohnya adalah berbohong untuk menghindari tekanan yang tidak sesuai hati nurani. Foto: Ilustrasi/thinkstock
Alasan lain orang berbohong adalah untuk alasan meningkatkan kepercayaan diri pada mereka yang sering merasa gagal dan inferior. Foto: Ilustrasi/thinkstock