Foto: Mengintip Suasana Kompleks Kusta Jongaya Kota Makassar

Komplek kusta Jongaya, Makassar, Sulawesi Selatan merupakan sebuah komplek yang hampir sebagian besar warganya adalah para pasien kusta. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Saat memasuki komplek tersebut, di kanan dan di kiri terdapat rumah-rumah kecil yang menyambung dan sempit dengan bunga berwarna warni. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
 
Di tambah, anak-anak tampak tengah berkejar-kejaran sambil memainkan permainan tradisional. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Ya, menurut penuturan ketua RW 004, Muh Sakir Dg. Tala (52), awalnya komplek ini merupakan tanah wakaf atau tanah hibah dari keturunan raja-raja Gowa dan Bone khusus pasien kusta. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
 
Di komplek kusta ini terdapat sekitar 800 kepala keluarga. Sebagian besar warganya berprofesi sebagai pengemis dan juru parkir. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Sekilas komplek ini seperti komplek pada umumnya. Sebab, meski banyak warga pendatang baru dari luar daerah, mereka bisa hidup berdampingan. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Sehingga stigma negatif yang menempel pada pasien kusta perlahan memudar. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Nah, menariknya di komplek tersebut, sebagian besar rumah diberikan nama. Dikatakan Paulus Manek dari Perhimpunan Mandiri Kusta, penamaan rumah ini agar di kemudian hari tidak timbul persoalan yang tak diinginkan. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
"Dulu diperuntukan orang yang mengalami kusta. Tapi sekarang kan sudah berbaur, bukan lagi khusus untuk pasien kusta sehingga teman-teman menulis kediaman Al-Qadri untuk menjaga supaya besok-besok ya memang ini kediaman kami," terang Paulus kepada detikHealth. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
 
"Jangan sampai mereka di dalam perjalanan mungkin Tuhan memanggil mereka, besok lusa jangan ada persoalan," tambah Paulus. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Komplek kusta Jongaya, Makassar, Sulawesi Selatan merupakan sebuah komplek yang hampir sebagian besar warganya adalah para pasien kusta. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Saat memasuki komplek tersebut, di kanan dan di kiri terdapat rumah-rumah kecil yang menyambung dan sempit dengan bunga berwarna warni. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth. 
Di tambah, anak-anak tampak tengah berkejar-kejaran sambil memainkan permainan tradisional. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Ya, menurut penuturan ketua RW 004, Muh Sakir Dg. Tala (52), awalnya komplek ini merupakan tanah wakaf atau tanah hibah dari keturunan raja-raja Gowa dan Bone khusus pasien kusta. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth. 
Di komplek kusta ini terdapat sekitar 800 kepala keluarga. Sebagian besar warganya berprofesi sebagai pengemis dan juru parkir. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Sekilas komplek ini seperti komplek pada umumnya. Sebab, meski banyak warga pendatang baru dari luar daerah, mereka bisa hidup berdampingan. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Sehingga stigma negatif yang menempel pada pasien kusta perlahan memudar. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Nah, menariknya di komplek tersebut, sebagian besar rumah diberikan nama. Dikatakan Paulus Manek dari Perhimpunan Mandiri Kusta, penamaan rumah ini agar di kemudian hari tidak timbul persoalan yang tak diinginkan. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.
Dulu diperuntukan orang yang mengalami kusta. Tapi sekarang kan sudah berbaur, bukan lagi khusus untuk pasien kusta sehingga teman-teman menulis kediaman Al-Qadri untuk menjaga supaya besok-besok ya memang ini kediaman kami, terang Paulus kepada detikHealth. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth. 
Jangan sampai mereka di dalam perjalanan mungkin Tuhan memanggil mereka, besok lusa jangan ada persoalan, tambah Paulus. Foto: Suherni Sulaeman/detikHealth.