Indonesia Masuk Level 1 COVID-19, Akankah Hadapi Gelombang Ketiga?

Pusat pencegahan dan pengendalian penyakit Amerika Serikat (CDC) menetapkan Indonesia di level 1 COVID-19. Artinya, penularan Corona di Tanah Air dikategorikan rendah. Pradita Utama/detikcom.

Indonesia bersanding dengan beberapa negara lain yang berada di level 1. Di antaranya Kuwait, Bhutan, Selandia Baru, Taiwan, dan Hong Kong. Level penularan COVID-19 ini digunakan untuk memperingatkan wisatawan tentang ancaman kesehatan di seluruh dunia dan memberi saran tentang cara melindungi diri. PIUS ERLANGGA/detikcom.

Sementara itu, penilaian CDC atas kondisi pandemi virus Corona di Indonesia itu dinilai Satgas COVID-19 sebagai kerja keras dari berbagai pihak dalam upaya menanggulangi pandemi di Tanah Air. Grandyos Zafna/detikcom.

Meski telah dinyatakan berada di level 1 COVID-19 dunia, Juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito meminta semua pihak tetap waspada terhadap penularan COVID-19. Terlebih Indonesia kini tengah bersiap untuk mengantisipasi ancaman gelombang ketiga yang dikhawatirkan terjadi pada akhir tahun. Agung Pambudhy/detikcom.

Selain itu, pelonggaran pembatasan aktivitas pun telah dilakukan di berbagai wilayah, mulai dari membuka kembali objek wisata, area terbuka hijau/taman, hingga mengizinkan kembali kegiatan sekolah tatap muka dengan menerapkan prokes ketat. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo.

Terkait sektor pariwisata, Bali pun diketahui telah kembali membuka pintu bagi para pelancong dari luar negeri. Penerbangan internasional kembali dibuka di Bali sejak 14 Oktober lalu. Ada 19 negara yang diizinkan untuk masuk ke Bali berdasarkan standar WHO dengan angka positivity rate kasus COVID-19 yang rendah. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo.

Di tengah pelonggaran pembatasan yang dilakukan kala Indonesia masuk zona 'hijau' COVID-19, sejumlah upaya untuk mengantisipasi lonjakan kasus Corona tetap dilakukan. Guna mencegah terjadinya gelombang ketiga COVID-19, Indonesia pun terus menggencarkan vaksinasi COVID-19 di berbagai wilayah RI.  Pradita Utama/detikcom.

Selain itu, Satgas COVID-19 nasional meminta semua daerah untuk juga menjalankan tracing, testing, dan treatment (3T). Guna menekan lonjakan mobilitas masyarakat di akhir tahun, pemerintah pun menghapus cuti bersama pada 24 Desember 2021. Menurut Dicky Budiman, ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, kebijakan yang diambil pemerintah akan cukup membantu agar tidak ada lonjakan kasus. Meski begitu, Dicky berpendapat perlu ada kebijakan lain agar pencegahan tersebut bisa lebih efektif. ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA.

Di samping itu, Dicky menjelaskan terdapat lima hal yang bisa dilakukan dalam upaya mencegah gelombang ketiga. "Pertama, imunitas masyarakat yang harus dikejar dengan vaksinasi. Kedua, vaksin booster bagi kelompok rawan seperti tenaga kesehatan dan penderita komorbid," jelas Dicky. Faktor ketiga adalah penguatan 3T (testing, tracing, treatment). Dicky menekankan pentingnya testing bagi orang-orang yang bepergian. Sementara itu, faktor keempat adalah penguatan 5M dan yang kelima adalah penguatan surveillance genomik yang pembatasan pintu masuk agar memantau varian-varian baru. Pradita Utama/detikcom.

Sementara itu, terkait syarat perjalanan di masa pandemi, kini tes PCR tidak lagi menjadi syarat terbang. Hal itu disampaikan Menko PMK Muhadjir Effendy, mewakili pemerintah saat gelar jumpa pers terbaru terkait PPKM. Seperti diketahui, pemerintah sebelumnya mewajibkan tes PCR sebagai syarat terbang meski sudah vaksinasi dosis lengkap. Sementara itu, untuk syarat perjalanan kereta jarak jauh, masa berlaku Surat Keterangan hasil negatif tes RT-PCR untuk syarat naik Kereta Api Jarak Jauh kini diperpanjang dari yang semula maksimal 2x24 jam menjadi maksimal 3x24 jam sebelum keberangkatan. Andhika Prasetia/Detikcom

Pusat pencegahan dan pengendalian penyakit Amerika Serikat (CDC) menetapkan Indonesia di level 1 COVID-19. Artinya, penularan Corona di Tanah Air dikategorikan rendah. Pradita Utama/detikcom.
Indonesia bersanding dengan beberapa negara lain yang berada di level 1. Di antaranya Kuwait, Bhutan, Selandia Baru, Taiwan, dan Hong Kong. Level penularan COVID-19 ini digunakan untuk memperingatkan wisatawan tentang ancaman kesehatan di seluruh dunia dan memberi saran tentang cara melindungi diri. PIUS ERLANGGA/detikcom.
Sementara itu, penilaian CDC atas kondisi pandemi virus Corona di Indonesia itu dinilai Satgas COVID-19 sebagai kerja keras dari berbagai pihak dalam upaya menanggulangi pandemi di Tanah Air. Grandyos Zafna/detikcom.
Meski telah dinyatakan berada di level 1 COVID-19 dunia, Juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito meminta semua pihak tetap waspada terhadap penularan COVID-19. Terlebih Indonesia kini tengah bersiap untuk mengantisipasi ancaman gelombang ketiga yang dikhawatirkan terjadi pada akhir tahun. Agung Pambudhy/detikcom.
Selain itu, pelonggaran pembatasan aktivitas pun telah dilakukan di berbagai wilayah, mulai dari membuka kembali objek wisata, area terbuka hijau/taman, hingga mengizinkan kembali kegiatan sekolah tatap muka dengan menerapkan prokes ketat. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo.
Terkait sektor pariwisata, Bali pun diketahui telah kembali membuka pintu bagi para pelancong dari luar negeri. Penerbangan internasional kembali dibuka di Bali sejak 14 Oktober lalu. Ada 19 negara yang diizinkan untuk masuk ke Bali berdasarkan standar WHO dengan angka positivity rate kasus COVID-19 yang rendah. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo.
Di tengah pelonggaran pembatasan yang dilakukan kala Indonesia masuk zona hijau COVID-19, sejumlah upaya untuk mengantisipasi lonjakan kasus Corona tetap dilakukan. Guna mencegah terjadinya gelombang ketiga COVID-19, Indonesia pun terus menggencarkan vaksinasi COVID-19 di berbagai wilayah RI.  Pradita Utama/detikcom.
Selain itu, Satgas COVID-19 nasional meminta semua daerah untuk juga menjalankan tracing, testing, dan treatment (3T). Guna menekan lonjakan mobilitas masyarakat di akhir tahun, pemerintah pun menghapus cuti bersama pada 24 Desember 2021. Menurut Dicky Budiman, ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia, kebijakan yang diambil pemerintah akan cukup membantu agar tidak ada lonjakan kasus. Meski begitu, Dicky berpendapat perlu ada kebijakan lain agar pencegahan tersebut bisa lebih efektif. ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA.
Di samping itu, Dicky menjelaskan terdapat lima hal yang bisa dilakukan dalam upaya mencegah gelombang ketiga. Pertama, imunitas masyarakat yang harus dikejar dengan vaksinasi. Kedua, vaksin booster bagi kelompok rawan seperti tenaga kesehatan dan penderita komorbid, jelas Dicky. Faktor ketiga adalah penguatan 3T (testing, tracing, treatment). Dicky menekankan pentingnya testing bagi orang-orang yang bepergian. Sementara itu, faktor keempat adalah penguatan 5M dan yang kelima adalah penguatan surveillance genomik yang pembatasan pintu masuk agar memantau varian-varian baru. Pradita Utama/detikcom.
Sementara itu, terkait syarat perjalanan di masa pandemi, kini tes PCR tidak lagi menjadi syarat terbang. Hal itu disampaikan Menko PMK Muhadjir Effendy, mewakili pemerintah saat gelar jumpa pers terbaru terkait PPKM. Seperti diketahui, pemerintah sebelumnya mewajibkan tes PCR sebagai syarat terbang meski sudah vaksinasi dosis lengkap. Sementara itu, untuk syarat perjalanan kereta jarak jauh, masa berlaku Surat Keterangan hasil negatif tes RT-PCR untuk syarat naik Kereta Api Jarak Jauh kini diperpanjang dari yang semula maksimal 2x24 jam menjadi maksimal 3x24 jam sebelum keberangkatan. Andhika Prasetia/Detikcom