Foto-foto Ini Tunjukkan Penyakit Kolera Kembali Merebak di Haiti

Orang-orang di dalam mobil yang menderita gejala kolera tiba di pintu klinik yang dikelola oleh Doctors Without Borders untuk perawatan di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, (27/10/2022). Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, orang-orang di Haiti telah sekarat karena kolera, meningkatkan kekhawatiran tentang skenario yang berpotensi menyebar cepat dan menghidupkan kembali ingatan tentang epidemi yang menewaskan hampir 10.000 orang satu dekade lalu.

Seorang pemuda yang menderita gejala kolera ditolong setibanya di sebuah klinik. Kolera adalah bakteri yang membuat sakit orang yang menelan makanan atau air yang terkontaminasi, dan dapat menyebabkan muntah dan diare parah, dalam beberapa kasus menyebabkan kematian.

Pejabat kesehatan mengatakan, di seluruh Haiti banyak pasien sekarat karena mereka tidak dapat mencapai rumah sakit tepat waktu. Lonjakan kekerasan geng telah membuat tidak aman bagi orang untuk meninggalkan komunitas mereka dan kekurangan bahan bakar telah menutup transportasi umum, pompa bensin dan bisnis utama lainnya termasuk perusahaan pasokan air.

Sejauh bulan ini, Doctors Without Borders telah merawat sekitar 1.800 pasien di empat pusat mereka di Port-au-Prince. Di pusat perawatan Doctors Without Borders di ibu kota Port-au-Prince, sekitar 100 pasien datang setiap hari dan sedikitnya 20 orang meninggal.

Menurut UNICEF, anak-anak di bawah usia 14 tahun merupakan setengah dari kasus kolera di Haiti, meningkatnya kasus malnutrisi parah juga membuat anak-anak lebih rentan terhadap penyakit.

Perseteruan besar pertama Haiti dengan kolera terjadi lebih dari satu dekade lalu ketika pasukan penjaga perdamaian PBB memasukkan bakteri itu ke sungai terbesar di negara itu melalui limpasan limbah di pangkalan mereka. Hampir 10.000 orang meninggal dan ribuan lainnya sakit.

Seorang dokter berjalan di samping tubuh Stanley Joliva dan orang tak dikenal lainnya, yang meninggal saat menunjukkan gejala kolera di sebuah klinik yang dijalankan oleh Doctors Without Borders.

Orang-orang di dalam mobil yang menderita gejala kolera tiba di pintu klinik yang dikelola oleh Doctors Without Borders untuk perawatan di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, (27/10/2022). Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, orang-orang di Haiti telah sekarat karena kolera, meningkatkan kekhawatiran tentang skenario yang berpotensi menyebar cepat dan menghidupkan kembali ingatan tentang epidemi yang menewaskan hampir 10.000 orang satu dekade lalu.
Seorang pemuda yang menderita gejala kolera ditolong setibanya di sebuah klinik. Kolera adalah bakteri yang membuat sakit orang yang menelan makanan atau air yang terkontaminasi, dan dapat menyebabkan muntah dan diare parah, dalam beberapa kasus menyebabkan kematian.
Pejabat kesehatan mengatakan, di seluruh Haiti banyak pasien sekarat karena mereka tidak dapat mencapai rumah sakit tepat waktu. Lonjakan kekerasan geng telah membuat tidak aman bagi orang untuk meninggalkan komunitas mereka dan kekurangan bahan bakar telah menutup transportasi umum, pompa bensin dan bisnis utama lainnya termasuk perusahaan pasokan air.
Sejauh bulan ini, Doctors Without Borders telah merawat sekitar 1.800 pasien di empat pusat mereka di Port-au-Prince. Di pusat perawatan Doctors Without Borders di ibu kota Port-au-Prince, sekitar 100 pasien datang setiap hari dan sedikitnya 20 orang meninggal.
Menurut UNICEF, anak-anak di bawah usia 14 tahun merupakan setengah dari kasus kolera di Haiti, meningkatnya kasus malnutrisi parah juga membuat anak-anak lebih rentan terhadap penyakit.
Perseteruan besar pertama Haiti dengan kolera terjadi lebih dari satu dekade lalu ketika pasukan penjaga perdamaian PBB memasukkan bakteri itu ke sungai terbesar di negara itu melalui limpasan limbah di pangkalan mereka. Hampir 10.000 orang meninggal dan ribuan lainnya sakit.
Seorang dokter berjalan di samping tubuh Stanley Joliva dan orang tak dikenal lainnya, yang meninggal saat menunjukkan gejala kolera di sebuah klinik yang dijalankan oleh Doctors Without Borders.