Nabatanzi dinikahkan saat dia baru berusia 12 tahun oleh orang tuanya yang menjualnya. Tak lama, dia hamil dan melahirkan anak pertamanya di usia 13 tahun. (Foto: REUTERS/James Akena)
Ketika Nabatanzi terus-menerus melahirkan anak kembar, kembar tiga, dan kembar empat, dia memeriksakan diri ke klinik. (Foto: REUTERS/James Akena)
Dokter mendiagnosis Nabatanzi mengidap hiperovulasi, suatu kondisi yang menyebabkan ovariumnya memiliki ukuran yang sangat besar. (Foto: REUTERS/James Akena)
Nabatanzi diberitahu kalau kondisinya tidak bisa diatasi dengan alat kontrasepsi. Bahkan, dia harus terus melahirkan untuk mengurangi tingkat kesuburannya. (Foto: REUTERS/James Akena)
Meski bersyukur dikaruniai banyak anak, kisah Nabatanzi diwarnai kesedihan. Suaminya meninggalkannya pada 2016 saat Nabatanzi melahirkan anak bungsunya. Enam dari 44 anaknya pun sudah meninggal dunia. (Foto: REUTERS/James Akena)
Nabatanzi berjuang seorang diri menafkahi keluarganya. Kini, ia dan 38 anaknya tinggal di empat rumah sempit yang terbuat dari blok semen di sebuah desa di utara Kampala. (Foto: REUTERS/James Akena)