Bingkai Sepekan: MBG Jadi Polemik, Menu Minim Gizi-Ribuan Keracunan
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah awalnya ditujukan untuk meningkatkan kesehatan siswa sekaligus mengurangi angka stunting. Namun, dalam perjalanannya, program ini menuai polemik karena berulang kali memicu kasus keracunan massal di sejumlah daerah. Grandyos Zafna/detikcom
Badan Gizi Nasional (BGN) mencatat total korban keracunan akibat makanan MBG telah mencapai sekitar 4.700 orang sejak awal tahun 2025. Angka ini muncul dari berbagai laporan kejadian di sekolah dasar hingga madrasah di berbagai provinsi. ANTARA FOTO/Abdan Syakura
Kasus besar terakhir terjadi di Jawa Barat, di mana lebih dari 1.000 siswa di Bandung, Bogor, dan Sukabumi dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan dari dapur MBG. ANTARA FOTO/Abdan Syakura
Kondisi ini memaksa beberapa lokasi penyediaan makanan menghentikan sementara aktivitasnya. REUTERS/Willy Kurniawan
Di daerah lain, insiden serupa juga ditemukan. Di Cianjur, siswa keracunan setelah mengonsumsi ayam tepung yang diduga basi. Di Nunukan, Kalimantan Utara, sempat ditemukan ikan goreng yang sudah berulat dibagikan ke siswa peserta MBG. Dok. Regional MBG Kalbar
Hasil uji laboratorium juga mengungkap penyebab teknis. Di Bogor, sampel makanan MBG terbukti mengandung bakteri E. coli dan Salmonella. Penyimpanan makanan yang tidak sesuai standar serta kebersihan dapur yang minim menjadi faktor utama penyebab kontaminasi. REUTERS/Willy Kurniawan
Selain masalah keamanan pangan, program MBG juga menuai kritik dari sisi kualitas gizi. Banyak menu dinilai tidak mencerminkan standar makanan sehat karena menggunakan bahan ultra-processed, minim variasi, dan kadang berbau amis atau masih mentah. Pradita Utama/detikcom
Kondisi tersebut membuat istilah “bergizi” dalam nama program dipertanyakan publik. Kritik juga datang dari pakar gizi yang menilai sajian MBG seharusnya mengedepankan keseimbangan protein, karbohidrat, dan serat, bukan sekadar makanan mengenyangkan. Pradita Utama/detikcom
Dari sisi implementasi, masalah logistik dan pengawasan dianggap menjadi biang keladi. Anggaran besar yang dialokasikan untuk MBG tidak sejalan dengan kualitas hasil di lapangan, terutama dalam hal pengadaan bahan, distribusi, dan pengawasan ketat dapur penyedia. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya
DPR pun telah memanggil Badan Gizi Nasional dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk meminta penjelasan mengenai rentetan kasus keracunan. Rapat tersebut membahas tata kelola distribusi, pengawasan keamanan pangan, hingga evaluasi sistem dapur MBG di berbagai daerah. Dwi Rahmawati/detikcom
Kisruh ini membuat keberlangsungan program MBG dipertanyakan. Di satu sisi, program ini dinilai penting untuk pemerataan gizi anak sekolah. Namun di sisi lain, keamanan dan kualitas makanan harus dipastikan agar tujuan mulia mengurangi stunting tidak berubah menjadi ancaman kesehatan massal. Pradita Utama/detikcom