Samson Muhindo Kalumbi dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC) merawat Asende Obato (16) yang lengannya terluka akibat alat peledak saat bermain, di Rumah Sakit Umum Beni di Beni, Provinsi Kivu Utara, Republik Demokratik Kongo. Hampir 90% fasilitas kesehatan di wilayah ini dilaporkan kehabisan obat akibat konflik. Foto: REUTERS/Gradel Muyisa Mumbere
Seorang warga menunggu perawatan di luar pusat kesehatan di wilayah Beni, Kongo Timur. Kekurangan obat dan tenaga medis membuat pasien harus menunggu berhari-hari untuk mendapat bantuan. Foto: REUTERS/Gradel Muyisa Mumbere
Relawan Palang Merah merawat pasien yang tertembak di paha saat terjebak dalam pertempuran antara kombatan M23 dan milisi lokal. Banyak korban tiba dengan luka infeksi akibat perjalanan panjang tanpa perawatan. Foto: REUTERS/Gradel Muyisa Mumbere
Pasien berjalan melewati bangunan klinik yang rusak di Kasugho, Kongo Timur. Serangan kelompok bersenjata membuat sebagian besar fasilitas kesehatan berhenti beroperasi. Palang Merah (ICRC) pada Rabu (8/10) mengungkapkan, lebih dari 200 fasilitas kesehatan di Kongo timur yang dilanda perang telah kehabisan obat-obatan akibat penjarahan yang meluas dan gangguan rantai pasokan selama pertempuran tahun ini. Foto: REUTERS/Gradel Muyisa Mumbere
Seorang pasien beristirahat di ranjang rumah sakit di halaman. Palang Merah memperingatkan krisis layanan kesehatan telah mencapai titik kritis di wilayah konflik tersebut. Foto: REUTERS/Gradel Muyisa Mumbere