Depresi pasca melahirkan atau baby blues adalah sesuatu yang umum dihadapi oleh seorang ibu. Suasana hati jadi tidak menentu bahkan sampai merasa stres dan sedih yang jika dibiarkan berlarut-larut akan berdampak juga untuk buah hati.
"Kalau baby blues ini terjadi terus, bayi bisa menjadi sasaran intonasi bicara ibu yang tinggi, bayi diurus sama ibunya dengan rasa letih, sehingga ibu terkesan menyesalkan keberadaan si anak. Anak juga lama-lama bisa merasakan bahwa kehadirannya tidak diinginkan," tutur praktisi neurosains terapan, Anne Gracia, saat berbincang dengan detikhealth.
Untuk mengatasi baby blues, dukungan dari orang sekitar seperti suami misalnya sangat diperlukan. Baby blues dapat dihadapi sendiri dan bantuan medis dapat diberikan bila memang diperlukan.
Baca juga: Peran Ayah Juga Penting Agar Ibu Tak Alami Baby Blues Pasca Melahirkan
Namun demikian berbeda ceritanya bila seorang ibu terkena psikosis postpartum. Kondisi mentalnya lebih parah dan ia bisa mengalami episode mania, delusi, halusinasi, dan paranoia.
"Anda mungkin tidak bisa mengurus diri Anda sendiri bila dibandingkan saat Anda masih baik-baik saja. Gejala yang Anda alami akan membuat sangat sulit mengurus bayi," tulis lembaga psikolog Inggris, Royal College of Psychiatrists.
"Bila Anda punya psikosis postpartum Anda sendiri mungkin tak menyadarinya. Tapi pasangan atau keluarga bisa mengetahui ada sesuatu yang salah dan segera cari bantuan," saran Royal College of Psychiatrists.
Penyebab mengapa seorang ibu bisa terkena psikosis postpartum belum diketahui namun ilmuwan curiga ada peran genetik. Seseorang wanita yang memiliki kondisi bipolar atau skizofrenia dilaporkan juga lebih rentan untuk mengalami psikosis postpartum setelah melahirkan.
Baca juga: Kisah Hannah, Berdelusi Parah Setelah Melahirkan (fds/vit)