"EE menimbulkan kerusakan pada jonjot atau vili usus besar sehingga susah menyerap nutrisi. Kemudian, rentan terjadi diare kronis," kata Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI dr Imran Agus Nurali, SpKO.
dr Imran mengungkapkan, data dari The Effect of Water and Sanitation on Child Health International of Epidemoiology tahun 2007 menyembuhkan akses terhadap sanitasi yang baik berkontribusi dalam penurunan stunting atau anak tumbuh pendek sebesar 27 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kurangi Risiko Stunting pada Anak dengan Memberi Cukup Asupan Protein
dr Imran menambahkan, kepemilikan jamban di rumah tangga berkaitan dengan penurunan perilaku buang air besar sembarangan (BABS) sehingga kemungkinan stunting turun 23-44 persen pada anak usia 6-23 bulan.
Data Kemenkes tahun 2013 menunjukkan bahwa baru 68,8 persen penduduk Indonesia yang mendapatkan akses air bersih. Untuk itu, dirasakan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang terdiri dari setop BAB sembarangan, cuci tangan pakai sabun (CTPS), pengolahan makanan dalam rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah perlu digalakkan.
Dengan begitu, kondisi air dan sanitasi bisa diperbaiki rantai penyakit bisa diputus. Data dari Money STBM mencatat tahun 2015 sudah ada 26.417 desa yang sudah menerapkan STBM dari target 25 ribu. Di tahun 2016, ditargetkan 30 ribu desa yang menerapkan STBM dan sampai Februari 2016 tercatat 27.585 yang sudah menerapkan STBM.
Baca juga: Studi: Lebih dari 70 Persen Anak Indonesia yang Kurang Sarapan Alami Stunting
(rdn/vit)











































