Kurang Gizi dan Kelebihan Gizi, Dua Masalah Kesehatan Utama Balita di Indonesia

Kurang Gizi dan Kelebihan Gizi, Dua Masalah Kesehatan Utama Balita di Indonesia

Muhamad Reza Sulaiman - detikHealth
Jumat, 27 Mei 2016 13:38 WIB
Kurang Gizi dan Kelebihan Gizi, Dua Masalah Kesehatan Utama Balita di Indonesia
Foto: Muhamad Reza Sulaiman
Jakarta - Kurang gizi dan kelebihan gizi menjadi masalah kesehatan balita di Indonesia. Yayasan Balita Sehat, sebuah lembaga swadaya masyarakat, hadir untuk mengatasi masalah tersebut.

Manager Program Yayasan Balita Sehat, Nur Febriani, mengatakan Yayasan Balita Sehat didirikan pada tahun 2001. Kala itu, kurang gizi menjadi masalah kesehatan utama bagi balita di Indonesia.

"Pertama didirikan di Jakarta tahun 2001 itu masih banyak masalah kurang gizinya. Awalnya kita hanya fokus untuk feeding program, jadi memberikan makanan tambahan bagi balita yang mengalami kurang gizi," ungkap Febri, ditemui di Kantor Yayasan Balita Sehat, Jl H. Naim II, Cipete Utara, Jakarta Selatan, Jumat (27/5/2016).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: 93,5% Orang Indonesia Kurang Makan Sayur dan Buah, Bisa Jadi Ini Sebabnya

Pada tahun 2008, Yayasan Balita Sehat melebarkan sayap untuk mengatasi masalah kurang gizi di Nusa Tenggara Timur. Dan pada tahun 2014, Yayasan Balita Sehat juga membuka program di Desa Bojong Gede, Bogor.

anak-anak bermain di PAUD Yayasan Balita Sehat

Seiring berjalannya waktu, masalah kesehatan balita mengalami perubahan. Jika dulu hanya stunting dan gizi buruk, kini banyak balita yang mengalami masalah kesehatan akibat berat badan berlebih atau overweight.

Febri mengatakan hal ini terjadi akibat kurangnya informasi orang tua tentang asupan makanan yang sehat bagi balita. Balita sering diberi susu kental manis yang tinggi gula dan kalori serta jajanan tidak sehat yang mengandung banyak lemak.

"Selain itu aktivitas fisik juga kurang karena sekarang balita juga sudah mudah untuk mendapatkan akses ke gadget elektronik," ungkapnya.

Untuk mengatasinya memang tidak mudah. Nur Akmalia, Koordinator Bidang Kesehatan Yayasan Balita Sehat, menyebut konseling untuk orang tua merupakan langkah pertama yang harus dilakukan. Jika orang tua sudah paham tentang masalah kesehatan anak, mengubah pola makan akan lebih mudah.

"Jadi yang kurang gizi selain feeding program juga kita bantu atur pola makan dengan yang lebih sehat. Untuk yang kelebihan gizi kita ganti snacknya dengan buah dan perbanyak aktivitas fisik," tuturnya.

PAUD dan Kelas Keterampilan Ibu

Tak hanya membantu mengentaskan masalah kurang gizi dan kelebihan gizi balita, Yayasan Balita Sehat juga memiliki program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan kelas keterampilan untuk ibu.

PAUD dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan kelompok umur. Di sini, balita bisa bermain sambil belajar sekaligus dipantau kondisi kesehatan tumbuh kembangnya.

Lomba cerdas cermat bagi ibu di PAUD Yayasan Balita Sehat
"Di PAUD kita ada pemeriksaan antropometri tiap bulan. Jadi balita diukur berat dan tinggi badannya satu bulan sekali. Kita juga membiasakan anak tidak jajan sembarangan dengan menyediakan snack sehat," ungkap Febri lagi.

Untuk ibu, ada dua program yang dijalankan. Pertama adalah materi tentang kesehatan keluarga yang diberikan dua minggu sekali dan kelas keterampilan. Materi kesehatan keluarga meliputi penyuluhan tentang penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan akut hingga pemberian obat cacing.

Sementara kelas keterampilan dilakukan sesuai minat ibu. Keterampilan yang diajarkan antara lain menjahit, memasak, menyulam dan lain-lain. Diharapkan dengan adanya kelas keterampilan dapat bermanfaat bagi keluarga.

Baca juga: Risiko Kesehatan di Balik Menggemaskannya Anak yang Gemuk

"Kelas memasak kita ajarkan membuat snack atau makanan sehat. Jadi bisa juga kalau ibu mau usaha di rumah dengan jualan itu nggak apa-apa. Kita juga ada kelas menjahit yang hasilnya bisa dijual dan diberikan kembali ke ibu," tutur Febri.

Biaya untuk mengikuti kelas PAUD di Yayasan Balita Sehat tergolong murah, hanya Rp 40 ribu per bulan. Calon murid pun diutamakan berasal dari golongan menengah ke bawah dan memiliki masalah kesehatan, baik kurang gizi ataupun kelebihan gizi.

"Jadi kita sekalian memperbaiki gizi mereka, juga mengenalkan pendidikan awal dengan bermain sambil belajar," tutup Febri. (mrs/up)

Berita Terkait