Gadget Bukan Baby Sitter, Ini Rekomendasi Aturan Pakainya untuk Anak

Gadget Bukan Baby Sitter, Ini Rekomendasi Aturan Pakainya untuk Anak

Nurvita Indarini - detikHealth
Rabu, 07 Des 2016 09:36 WIB
Gadget Bukan Baby Sitter, Ini Rekomendasi Aturan Pakainya untuk Anak
Foto: thinkstock
Jakarta - Cara paling gampang menenangkan anak, khususnya balita, saat rewel adalah dengan menyodorkan gadget. Tapi ingat lho Ayah dan Ibu, jangan biasakan beri gadget sebagai mainan si kecil.

Ya, terkadang gadget digunakan sebagai cara instan untuk menenangkan anak sejak dini. Padahal akibatnya anak bisa jadi kecanduan gadget, selalu tantrum jika dijauhkan dari gadget. Yang lebih mengkhawatirkan adalah bila anak terlalu sibuk dengan gadget sehingga kurang bisa berteman dengan lingkungannya.

Paparan layar gadget pada anak juga menjadi perhatian American Academy of Pediatrics (AAP). Apalagi dewasa ini, ketika dunia bergerak ke arah digital, rasanya semakin sulit untuk menghindarkan anak dari paparan layar gadget.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena itu sekitar 10.000 dokter anak di Amerika Serikat berdiskusi dan mengeluarkan rekomendasi aturan pakai gadget untuk anak. Dalam pedoman barunya ini, AAP mengatakan screen time pada anak memiliki arti menghabiskan waktu menggunakan media digital untuk tujuan hiburan. Sedangkan jika anak menggunakan gadget untuk keperluan tugas, maka tidak dihitung sebagai screen time.

Masing-masing kategori umur punya waktu yang berbeda-beda dalam mengakses layar gadget. Berikut ini rekomendasi aturannya:

1. Bayi 18 Bulan ke Bawah

Foto: thinkstock
Untuk bayi berusia 18 bulan ke bawah, direkomendasikan untuk sama sekali tidak terpapar layar gadget. Sebab tanpa paparan layar gadget, otak anak akan berkembang lebih baik. Selain itu hubungan antara orang tua dan anak juga akan lebih kuat.

"Suara dan aktivitas layar bisa menjadi gangguan bagi anak," terang dr Yolanda Reid Chassiakos, pemimpin studi 'Laporan Teknis Media Digital pada Anak dan Remaja', yang juga asisten profesor di University of California Los Angeles (UCLA), dikutip dari CNN.

Dijelaskan Chassiakos, ketika bayi diasuh sembari dipapar televisi, maka akan terjadi overstimulasi dari cahaya dan suara. Hal itu bisa mengakibatkan masalah tidur pada bayi.

Selain itu, paparan layar gadget membuat kontak mata dengan orang tuanya akan lebih sedikit. Padahal interaksi yang face to face antara orang tua dan anak penting bagi perkembangan otak si kecil. Jika anak 'diasuh' oleh layar, dikhawatirkan juga terjadi masalah perilaku di kemudian hari.

2. Anak Usia 2-5 Tahun

Foto: thinkstock
Untuk anak usia 2 sampai 5 tahun, AAP mengatakan sudah boleh dikenalkan pada layar. Tapi AAP merekomendasikan satu jam saja untuk screen time. Selain itu, tidak sembarangan pula memberikan layar gadget pada anak. Hanya program anak dengan kualitas tinggi saja yang disarankan bisa diberikan.

AAP mencontohkan program seperti 'Sesame Street' untuk tontonan anak umur 2-5 tahun. Sebab dalam tayangan tersebut tidak ada iklan ataupun animasi yang bisa membuat anak overstimulasi.

Kata Chassiakos, di usia 2-5 tahun, kemampuan kognitif belum berkembang sempurna untuk memahami iklan ataupun animasi. Sehingga mereka belum bisa membedakan antara orang di dunia nyata dengan sosok kartun fiksi.

AAP mendukung orang tua untuk lebih kreatif dalam menciptakan permainan dengan anak yang lebih interaktif dua arah. Nah, layar gadget bisa digunakan sebagai media interaksi yang face to face, misalnya jika digunakan untuk melakukan video call.

Baca juga: Masih Batita Tapi Mahir Main Gadget, Haruskah Orang Tua Bangga?


3. Anak Usia 6 Tahun ke Atas

Foto: GettyImages/Matthew Lloyd
Untuk anak yang berusia enam tahun ke atas, AAP merekomendasikan adanya pembatasan penggunaan layar gadget. Nah, pembatasannya sendiri tergantung masing-masing anak dan keluarga. Namun Chassiakos mengingatkan untuk memprioritaskan melakukan kegiatan yang produktif melalui layar gadget ketimbang hiburan semata.

Di usia sekolah, terkadang tugas sekolah memang diakses menggunakan gadget. Ini yang membuat anak mau tidak mau pasti akan bersentuhan dengan gadget. Tapi jangan sampai akses layar gadget menggeser kegiatan yang sehat atau malah mengganggu jadwal tidur anak dan interaksi sosialnya. Apalagi jika layar gadget membuat anak jadi malas bergerak.

"Orang tua juga perlu bicara dengan anak, khususnya remaja, terkait risiko media digital misalnya cyberbullying, terlibat sexting, juga ancaman predator online," tutur Chassiakos.

Baca juga: Akibat Anak Muda Kebanyakan Main Gadget: Jadi Seperti Orang Tua


Halaman 2 dari 4
Untuk bayi berusia 18 bulan ke bawah, direkomendasikan untuk sama sekali tidak terpapar layar gadget. Sebab tanpa paparan layar gadget, otak anak akan berkembang lebih baik. Selain itu hubungan antara orang tua dan anak juga akan lebih kuat.

"Suara dan aktivitas layar bisa menjadi gangguan bagi anak," terang dr Yolanda Reid Chassiakos, pemimpin studi 'Laporan Teknis Media Digital pada Anak dan Remaja', yang juga asisten profesor di University of California Los Angeles (UCLA), dikutip dari CNN.

Dijelaskan Chassiakos, ketika bayi diasuh sembari dipapar televisi, maka akan terjadi overstimulasi dari cahaya dan suara. Hal itu bisa mengakibatkan masalah tidur pada bayi.

Selain itu, paparan layar gadget membuat kontak mata dengan orang tuanya akan lebih sedikit. Padahal interaksi yang face to face antara orang tua dan anak penting bagi perkembangan otak si kecil. Jika anak 'diasuh' oleh layar, dikhawatirkan juga terjadi masalah perilaku di kemudian hari.

Untuk anak usia 2 sampai 5 tahun, AAP mengatakan sudah boleh dikenalkan pada layar. Tapi AAP merekomendasikan satu jam saja untuk screen time. Selain itu, tidak sembarangan pula memberikan layar gadget pada anak. Hanya program anak dengan kualitas tinggi saja yang disarankan bisa diberikan.

AAP mencontohkan program seperti 'Sesame Street' untuk tontonan anak umur 2-5 tahun. Sebab dalam tayangan tersebut tidak ada iklan ataupun animasi yang bisa membuat anak overstimulasi.

Kata Chassiakos, di usia 2-5 tahun, kemampuan kognitif belum berkembang sempurna untuk memahami iklan ataupun animasi. Sehingga mereka belum bisa membedakan antara orang di dunia nyata dengan sosok kartun fiksi.

AAP mendukung orang tua untuk lebih kreatif dalam menciptakan permainan dengan anak yang lebih interaktif dua arah. Nah, layar gadget bisa digunakan sebagai media interaksi yang face to face, misalnya jika digunakan untuk melakukan video call.

Baca juga: Masih Batita Tapi Mahir Main Gadget, Haruskah Orang Tua Bangga?


Untuk anak yang berusia enam tahun ke atas, AAP merekomendasikan adanya pembatasan penggunaan layar gadget. Nah, pembatasannya sendiri tergantung masing-masing anak dan keluarga. Namun Chassiakos mengingatkan untuk memprioritaskan melakukan kegiatan yang produktif melalui layar gadget ketimbang hiburan semata.

Di usia sekolah, terkadang tugas sekolah memang diakses menggunakan gadget. Ini yang membuat anak mau tidak mau pasti akan bersentuhan dengan gadget. Tapi jangan sampai akses layar gadget menggeser kegiatan yang sehat atau malah mengganggu jadwal tidur anak dan interaksi sosialnya. Apalagi jika layar gadget membuat anak jadi malas bergerak.

"Orang tua juga perlu bicara dengan anak, khususnya remaja, terkait risiko media digital misalnya cyberbullying, terlibat sexting, juga ancaman predator online," tutur Chassiakos.

Baca juga: Akibat Anak Muda Kebanyakan Main Gadget: Jadi Seperti Orang Tua


(vit/vit)

Berita Terkait