Dr Jessica Shepard, direktur ginekologi minimal invasif di University of Illinois, Chicago, mengatakan modifikasi bisa dibuat ibu saat berolahraga. Apalagi, perubahan hormon progesteron membuat sendi dan ligamen jadi lebih lentur.
"Ketika Anda tidak hati-hati, risiko cedera bisa lebih besar," tutur Shepard kepada Fox News. Lantas, bagaimana dengan target detak jantung ibu hamil saat berolahraga?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Contoh olahraga yang aman dilakukan ibu hamil di antaranya berenang, naik sepeda statis, berjalan, dan yoga serta pilates dengan sedikit modifikasi. Pada ibu dengan kehamilan normal, dalam artian tanpa komplikasi dan tidak berisiko, mereka bisa melakukan olahraga untuk meningkatkan detak jantungnya.
Baca juga: Olahraga yang Tidak Dianjurkan untuk Ibu Hamil
Hal tersebut disampaikan dokter spesialis obgyn dan kepala staf di The Woman's Hospital of Texas, Dr Connie Faro. Namun, Taro menyebut ada kondisi yang membuat ibu harus segera menurunkan intensitas olahraganya.
"Jika ibu mengalami sesak napas, pusing, dan kelelahan, segera hentikan latihan dan beristirahat. Ibu juga mesti mendengarkan tubuh mereka karena ketika mereka tidak mendapat oksigen, bayi pun tidak akan mendapatkannya," kata Faro.
Untuk mengetes seberat apa intensitas latihan yang dilakukan ibu, pakar kebugaran Lisa Druxman menyarankan ibu melakukan tes bicara. Selama ibu masih bisa berbicara saat berolahraga, mungkin dia tidak terlalu memforsir tubuhnya.
"Latihan harus mendorong pasokan energi, bukan membuat ibu justru tidak berenergi. Apalagi, bayi juga bisa merasakan apa yang ibu rasakan. Yang penting adalah, ibu berolahraga dengan konsisten karena ini demi kesehatan Anda dan bayi, bukan kompetisi," kata Faro.
Baca juga: Amankah Melakukan Yoga Saat Hamil? Ini Kata Dokter (rdn/vit)











































