"Ada sekitar 1 juta anak gizi buruk di Indonesia diantara 240 juta penduduk Indonesia," ujar Direktur Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes Dr dr Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, dalam acara seminar Hospital Expo di JCC, Jakarta, Rabu (19/10/2011).
Dr Slamet menuturkan kebanyakan berada di daerah timur Indonesia seperti di daerah NTT dan Maluku. Salah satu faktor penyebanya karena letak geografisnya seperti jarak yang jauh dari fasilitas kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Faktor kesediaan pangan, dalam hal ini berhubungan dengan jual beli seperti tidak tersedianya pangan yang cukup.
2. Faktor perilakunya, misalnya di daerah tersebut pangannya tersedia tapi caranya tidka benar seperti anak baru 1 bulan sudah dikasih pisang kenapa tidak diberikan ASI eksklusif saja.
3. Faktor pendidikan, kurangnya edukasi dimasyarakat.
"Untuk itu harus dilihat dulu apa penyebabnya, lalu bisa dicari solusinya seperti bagaimana cara meningkatkan pendapatan masyarakat atau ada juga yang memberikan pemberian makanan tambahan," ujar Dr Slamet
Asupan gizi yang cukup seharusnya sudah dilakukan pada masa kehamilan hingga usia balita (periode emas), hal ini karena kekurangan gizi bisa mempengaruhi kecerdasan dan pertumbuhan anak.
Penanganan masalah gizi buruk ini perlu mendapatkan perhatian serius karena gizi buruk tidak hanya berhubungan dengan penyakit tetapi juga berdampak pada pertumbuhan tinggi badan yaitu membuat anak menjadi pendek.
Salah satu solusi jangka panjang yang bisa diberikan adalah masyarakat harus mendapat penyuluhan mengenai pentingnya gizi dan cara mengolah makanan yang benar. Serta edukasi mengenai kebersihan, sanitasi yang baik harus diupayakan sesuai dengan kemampuan ekonominya.
(ver/ir)











































