Informasi cara membedakan kerupuk yang digoreng dengan plastik dan yang tidak memunculkan anggapan kerupuk semacam itu benar-benar ada di pasaran. Hal ini patut diwaspadai karena makanan yang digoreng dengan campuran plastik tentunya memunculkan dampak negatif kesehatan.
"Nggak ada itu (kerupuk mengandung plastik). Wong saya ini dari kampung, tahulah saya kalau yang seperti itu," kata Ratmono, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Olahan BPOM (Badan Penawasan Obat dan Makanan) saat dihubungi detikHealth, Kamis (7/2/2013).
Ratmono mengakui kemungkinan adanya pembuat kerupuk yang curang dengan mencampurkan plastik dalam minyaknya memang ada. Tetapi diperkirakan sangat sedikit, hanya 1-2 kasus dan tidak bisa digeneralisir karena akan sangat meresahkan dan merugikan banyak pihak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Plastik yang ditambahkan ke dalam minyak goreng bertujuan agar gorengan, termasuk kerupuk tetap renyah dalam waktu yang lebih lama. Hampir sama fungsinya dengan bleng atau boraks yang juga sering ditemukan pada kerupuk. Bleng atau boraks termasuk bahan berbahaya yang dilarang BPOM.
Menurut Ratmono, kerupuk maupun gorengan yang digoreng dengan minyak campur plastik sulit dibedakan oleh orang awam. Seperti diberitakan detikHealth sebelumnya, informasi yang menyebutkan bahwa cara membedakannya adalah dengan dibakar dinilai Ratmono sebagai informasi menyesatkan.
Selain itu, Ratmono juga meluruskan beberapa hal yang selama ini kurang dipahami masyarakat soal bahan berbahaya pada goreng-gorengan. Selain plastik, bahan yang selama ini juga sering dikhawatirkan menjadi campuran minyak goreng adalah parafin atau lilin.
"Yang tidak banyak diketahui masyarakat adalah bahwa beberapa jenis parafin ada yang edible (bisa dimakan). Selongsong sosis misalnya, itu biasanya termasuk parafin yang edible. Jadi jangan sampai meresahkan," jelas Ratmono.
(up/vit)











































