Tubuh Keluar Paku: Tak Rasional, Tapi Sering Ditemukan

Kiriman Penyakit dari Alam Gaib

Tubuh Keluar Paku: Tak Rasional, Tapi Sering Ditemukan

- detikHealth
Kamis, 28 Mar 2013 09:37 WIB
Tubuh Keluar Paku: Tak Rasional, Tapi Sering Ditemukan
(Foto: thinkstock)
Jakarta - Masuknya benda asing yang tidak seharusnya ada di tubuh manusia, seperti kawat dan paku sering terjadi dan diyakini sebagai santet. Meski sulit diterima akal sehat, tetap sulit memungkiri bahwa fenomena ini memang benar-benar ada.

Misalnya pada tahun 2011 silam, seorang bocah 3 tahun di Pare-pare Sulawesi Selatan harus menjalani operasi untuk mengeluarkan puluhan paku dan jarum dari dalam tubuhnya. Bukan dari rongga perut, benda-benda itu bahkan terselip juga di jaringan otot.

Pada kasus lain, seorang ibu terus menerus mengeluarkan kawat dari dalam tubuhnya dan menembus permukaan kulitnya. Tidak ada yang bisa menjelaskan dari mana kawat itu berasal, sebab normalnya tidak ada satupun sistem dalam tubuh manusia yang bisa memproduksi logam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya, memang tidak semua bisa dijelaskan secara ilmiah. Seperti nonton debus lah, jelas-jelas ditusuk dan makan segala macam di depan mata, tetapi nyatanya tidak apa-apa," kata Dr H Ari F Syam SpPD-KGEH, MMB, FINASIM dari RS Cipto Mangunkusumo kepada detikHealth, seperti ditulis Kamis (28/3/2013).

Meski mengakui bahwa tidak semua hal bisa dijelaskan secara ilmiah dengan akal sehat, Dr Ari Syam juga mengaku belum pernah menemukan hal-hal yang tidak masuk akal saat menangani pasien. Kalaupun menjadi tidak ilmiah, itu karena disikapi dengan tidak ilmiah.

Beberapa kasus sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah, tetapi terkadang orang awam membuat interpretasi sendiri dengan pengetahuannya yang terbatas. Misalnya hasil rontgen menunjukkan ada bertumbuhan benda asing, orang awam buru-buru menyebutnya ada kawat padahal mungkin memang ada jaringan tumor yang begitu padat sehingga tampak berbeda dalam gambar.

Contoh lain yang sering ditemui Dr Ari Syam adalah, pasien yakin betul dirinya sedang 'dikerjai' atau diguna-guna sehingga perutnya sakit tiap jam tertentu. Padahal ketika diteropong dengan lapharoscopy, tidak ada kelainan apapun dalam saluran pencernaannya.

"Akhirnya karena sangat percaya dirinya dikerjai, pasien itu menjadi psikosomatis. Jadi sakit betulan tiap jam 2. Bisa meninggal juga akhirnya karena lalu tidak mau makan misalnya, padahal sebenarnya tidak ada masalah saat diteropong," lanjut Dr Ari Syam.


(up/vit)

Berita Terkait