Tetapi, kanker payudara dapat dideteksi sejak dini. Selain dengan melakukan gerakan SADARI (Periksa Payudara Sendiri), kanker payudara juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan medis menggunakan alat USG atau mamografi. Sayangnya masih banyak wanita yang malu atau takut terhadap pemeriksaan ini, padahal pemeriksaannya tidaklah menyakitkan.
"Biasanya mereka (wanita) bukannya malu atau takut pada pemeriksaannya tetapi takut pada hasilnya. Itu yang membuat mereka khawatir dan tidak mau menjalani pemeriksaan rutin," terang dr Drajat Suardi, SpB(K) Onk, seorang ketua perhimpunan onkologi dalam perbincangannya bersama detikhealth, Rabu (15/5/2013).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemeriksaannya tidak mahal. USG hanya sekitar 300 ribuan sedangkan mamografi Rp 400-500 ribu. Pemeriksaan hanya 1 tahun sekali, 1 tahun ada 365 hari yaah 1 hari menabung 3 ribu saya rasa tidak berat," ujarnya.
Menurut dr Drajat, melakukan screening atau pemeriksaan sebelum ada tanda-tanda terjadinya kanker adalah salah satu bentuk pencegahan dan tindakan yang tepat bagi para wanita. Selain tidak mahal, pemeriksaannya pun tergolong mudah dilakukan.
Namun sayangnya banyak wanita masih saja takut bahkan membiarkan keadaannya dalam bahaya. Khususnya mereka yang memiliki bawaan kanker payudara (genetik).
Tetapi, berbeda dengan aktris yang satu ini. Baru-baru ini aktris papan atas Hollywood, Angelina Jolie mengumumkan bahwa ia telah melakukan mastektomi atau pengangkatan payudara. Ia rela mengangkat kedua payudaranya dan menggantinya dengan implan demi menghindari dan mengurangi risiko terkena kanker payudara. Tindakannya ini diakui oleh dr Drajat adalah tindakan yang tepat untuk pencegahan kanker payudara karena ia telah memiliki risiko.
Aktris yang berperan dalam film Sherlock Holmes itu mengakui bahwa ia memiliki risiko terkena kanker payudara sebesar 87% dan turun menjadi di bawah 5% setelah ia melakukan mastektomi. Mastektomi adalah tindakan pencegahan payudara dengan cara meangkat jaringan payudara seutuhnya dengan menyisakan jaringan kulit dan puting.
Dr Drajat menambahkan keputusan mastektomi memang tergantung pada individunya ada yang tak pikir apa-apa tetapi ada juga yang takut kehilangan payudaranya. "Kalau tetap mempertahankan ya sebaiknya dimotivasi dengan baik, yakinkan bahwa ini adalah tindakan yang benar. Karena seringkali orang lari ke alternative dulu baru ke dokter setelah stadiumnya sudah lanjut," tutur dr Drajat.
Ia berpesan agar penyakit medis ini sebaiknya ditangani dengan tepat oleh ahli medis. "Karena ini penyakit medis. Yang lain itu hanya bersifat suportif atau pendukung saja," tutupnya.
(vit/vit)











































