"Analoginya seperti mobil. Mobil jutaan, miliaran, triliunan, kalau bensinnya mampet, tidak terjadi pembakaran, jadi mesih tidak bisa bergerak. Sama seperti darah. Kalau darah tersumbat, apalagi sumbatannya total. Tek! Mampuslah dia," papar Prof. dr. Karmel Lidow Tambunan Sp PD,K-HOM, Departemen Hematologi dan Onkologi Medik, FKUI/RSCM.
Hal tersebut ia ungkapkan dalam seminar berjudul 'Trombosis: Silent Killer!', yang digelar oleh Pfizer, di Bebek Bengil Menteng, Jl H. Agus Salim No. 132, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2013).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumbatan yang terjadi di pembuluh jantung akan membuat serangan jantung. Jika sumbatan di otak, akan terjadi stroke. Sumbatan pada paru-paru, menyebabkan emboli paru-paru.
Menurut Prof Karmel, sumbatan pada kaki dapat dilacak dari beberapa gejala. Gejala tersebut antara lain pembengkakkan, perubahan warna, terasa sakit, dan gangguan fungsi kaki secara keseluruhan. Pada tahap gejala ini, trombosis dapat dicegah atau diredakan dengan meminum obat anti-koagular, sehingga aliran darah kembai lancar.
Tapi yang terpenting, tambah Prof. Karmel, adalah mencegah trombosis sejak masih sehat. Beberapa faktor risiko trombosis adalah gaya hidup tidak sehat seperti merokok, tidak suka olahraga, obesitas, diabetes, kolesterol, hipertensi, dan lain-lain.
"Di Indonesia memang tidak ada data pasti, berapa kematian dan peningkatannya berapa. Tapi berdasarkan data dari Kemenkes tahun 1997, 70 persen serangan jantung disebabkan oleh trombosis. Lalu 85 persenstroke disebabkan juga oleh trombosis. Di Amerika, 60 persen kematian setiap tahun itu disebabkan juga oleh trombosis," kata Prof Karmel.
(vit/vit)











































