Istri Pakai Kain Bekas Saat Haid, Pria India Ciptakan Mesin Pembalut Murah

Istri Pakai Kain Bekas Saat Haid, Pria India Ciptakan Mesin Pembalut Murah

- detikHealth
Kamis, 06 Mar 2014 16:13 WIB
Istri Pakai Kain Bekas Saat Haid, Pria India Ciptakan Mesin Pembalut Murah
Arunachalam Muruganantham (Foto: BBC)
Jakarta - Wanita biasanya menggunakan pembalut untuk menampung darah haid. Tapi karena faktor ekonomi, para wanita di pedesaan India banyak yang hanya menggunakan kain bekas sebagai pengganti pembalut. Kasihan melihat sang istri, seorang pria pun menciptakan mesin sederhana yang dapat digunakan untuk membuat pembalut murah.

Adalah Arunachalam Muruganantham, pria putus sekolah dari keluarga miskin di India, yang merevolusi kesehatan menstruasi bagi perempuan pedesaan di negara-negara berkembang dengan menciptakan mesin sederhana pembuat pembalut murah.

"Semuanya dimulai dengan istri saya," katanya kepada BBC, seperti dikutip detikHealth, Kamis (6/3/2014).

Muruganantham bercerita, pada tahun 1998 ia baru saja menikah dan dunianya berkisar istrinya, Shanthi, dan ibunya yang janda. Suatu hari ia melihat Shanthi menyembunyikan sesuatu darinya, yang ternyata adalah kain bekas kotor yang dia gunakan saat menstruasi. "Saya akan jujur. Saya bahkan tidak akan menggunakannya (kain bekas) untuk membersihkan skuter saya," tambah Muruganantham.

Bagi Santhi harga pembalut terlalu mahal. Jika membeli pembalut, dia tidak akan mampu membeli susu atau kebutuhan rumah tangga lainnya. Ingin mengesankan sang istri, Muruganantham pun pergi ke kota untuk membeli sebuah pembalut. Saat itu ia bertanya-tanya, mengapa sebuah pembalut yang berbahan kapas harganya bisa 40 kali lipat lebih mahal dari harga kapas aslinya. Saat itulah dia memutuskan untuk membuat pembalut sendiri yang lebih murah.

Sebagai uji coba, ia meminta istri untuk menggunakan pembalut buatannya. Tapi saat itu sang istri sedang tidak 'datang bulan'. Tak sabar menunggu, Muruganantham pun ingin mencari wanita lain. Sayangnya, hampir tidak ada wanita di desa-desa sekitarnya yang menggunakan pembalut. Bahkan menurut survei tahun 2011 oleh AC Nielsen yang ditugaskan pemerintah India, menemukan hanya 12 persen wanita di seluruh India yang menggunakan pembalut.

Tak hanya kain bekas kotor, Muruganantham semakin terkejut ketika mengetahui bahwa wanita di pedesaan menggunakan zat tak higienis lain sebagai pengganti pembalut, seperti pasir, serbuk gergaji, daun, bahkan abu. Wanita yang menggunakan kain bekas sering terlalu malu untuk mengeringkannya di bawah sinar matahari, yang berarti mereka tidak mendapatkan desinfeksi. Menurut data, sekitar 70 persen dari semua penyakit reproduksi di India disebabkan oleh kebersihan menstruasi yang buruk, yang juga dapat mempengaruhi angka kematian ibu.

Karena saudara-saudara perempuannya juga menolak menjadi relawan, Muruganantham punya ide mendekati mahasiswi di perguruan tinggi medis setempat. Dia berhasil meyakinkan 20 mahasiswi untuk mencoba pembalut murah buatannya, tapi masih tidak cukup berhasil.

Muruganantham akhirnya memutuskan untuk menguji produk pada dirinya sendiri. Dia menciptakan sebuah 'rahim' dari bola dengan membuat beberapa lubang di dalamnya, dan mengisinya dengan darah kambing. Muruganantham mengumpulkan darah dan mencampurnya dalam aditif untuk mencegah pembekuan terlalu cepat, tapi itu tidak menghentikan bau.

Dia berjalan, bersepeda dan berlari dengan 'rahim' bola di bawah pakaiannya, terus-menerus memompa darah untuk menguji tingkat penyerapan pembalut. Semua orang bahkan mengira dia sudah gila. Para tetangga menghindarinya karena menganggap ia menderita penyakit seksual. Bahkan sang istri juga meninggalkannya.

"Istri saya pergi, ibu saya pergi, saya dikucilkan oleh penduduk desa. Saya ditinggalkan hidup sendiri," katanya.

Untuk membuat mesin temuannya, Muruganantham menggunakan biaya pribadi yang cukup besar. Pengorbanannya tidak sedikit, ia bahkan hampir kehilangan keluarga, uang, dan tempat di masyakarat demi mesin pembuat pembalut murah tersebut.

Namun usahanya akhirnya membuahkan hasil. 4,5 Tahun kemudian, ia berhasil menciptakan metode murah untuk memproduksi pembalut murah. Proses ini melibatkan empat langkah sederhana. Pertama, mesin mirip dengan penggiling dapur untuk memecah selulosa keras menjadi bahan berbulu, yang dikemas menjadi bentuk kue persegi panjang dengan mesin lain. 'Kue' tersebut kemudian dibungkus dengan kain non-woven dan didesinfeksi di unit perawatan ultraviolet. Seluruh proses dapat dipelajari dalam satu jam.

Tujuan Muruganantham adalah untuk menciptakan teknologi yang user-friendly. Misi itu tidak hanya untuk meningkatkan penggunaan pembalut, tetapi juga berhasil menciptakan lapangan kerja bagi perempuan-perempuan di desa sekitarnya.




(mer/vit)

Berita Terkait