Studi yang baru-baru ini telah dipublikasikan dalam Journal of National Cancer Institute mengungkapkan bahwa tambahan dua jam sehari untuk berperilaku 'menetap' atau sedentary behavior dikaitkan dengan peningkatan 8 persen risiko kanker usus besar, 10 persen risiko kanker endometrium dan 6 persen risiko kanker paru-paru.
Kesimpulan ini didapat setelah para peneliti menganalisis 43 studi yang mencakup lebih dari 4 juta responden penelitian dan 68.936 kasus kanker. Hal ini dilakukan untuk mengukur hubungan antara waktu duduk yang dihabiskan dengan beberapa jenis kanker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr Heslin mengatakan bahwa selain perilaku menetap atau sedentary behavior tersebut, beberapa faktor lain juga dapat meningkatkan risiko kanker, termasuk minum minuman beralkohol, merokok, kegemukan dan memiliki kecenderungan genetik.
Menurutnya, hampir mustahil untuk mengatakan bahwa salah satu dari faktor-faktor ini menyebabkan seseorang untuk mendapatkan kanker tertentu, tetapi hal tersebut merupakan perilaku yang sepatutnya dapat dikontrol untuk membantu mengurangi risiko kanker.
"Anda dapat mengurangi waktu menonton TV. Atau jika Anda terpaksa harus duduk di kantor, cobalah untuk sesekali berdiri dan berjalan-jalan. Yang pasti, kurangi waktu duduk Anda sebisa mungkin," tuturnya.
Sebuah studi tahun 2012 yang dilakukan oleh National Institutes of Health menyimpulkan bahwa duduk beberapa jam dalam sehari sangat buruk bagi kesehatan, termasuk jika Anda tergolong aktif secara fisik. Peneliti menemukan bahkan berolahraga setidaknya 150 menit setiap pekan (sebagai waktu olahraga yang dianjurkan untuk orang dewasa), tidak dapat membalikkan efek negatif dari duduk selama berjam-jam.
Dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa duduk terlalu lama dapat meningkatkan risiko seseorang untuk penyakit kronis utama seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, kanker payudara dan kanker usus besar.
(ajg/up)











































