Efek Diet Yoyo Bikin Orang Obesitas Rentan Kena Penyakit Kardiovaskular

Efek Diet Yoyo Bikin Orang Obesitas Rentan Kena Penyakit Kardiovaskular

- detikHealth
Selasa, 08 Jul 2014 15:02 WIB
Efek Diet Yoyo Bikin Orang Obesitas Rentan Kena Penyakit Kardiovaskular
dr Samuel Oetoro (Foto: Reza/detikHealth)
Jakarta - Berat badan sebagian orang biasanya akan turun di bulan puasa. Namun jika tidak dijaga dengan baik, bisa-bisa malah naik tajam setelah lebaran.

Fenomena berat badan yang naik turun ini disebut sebagai weight cycling. Weight cycling atau yang lebih dikenal dengan sebutan efek diet yoyo ini kerap terjadi pada penyandang obesitas. Pasalnya, mereka sadar bahwa obesitas berbahaya, namun tidak mampu menjaga pola makan dan akhirnya beratbadan justru naik lagi berat.

"Saya sering sekali bertemu pasien itu. Ketemu saya ikutin program dapat turun 10 kg, eh 3 bulan ketemu lagi udah naik lagi beratnya. Lalu saya jadi penasaran, apa yang sebenarnya terjadi di tubuh pasien saya yang seperti itu?" tutur Dr dr Samuel Oetoro, MS, SpGK pada acara promosi Doktornya di Aula Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya, Jakarta, Selasa (8/7/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan itulah yang membuat dr Samuel mengambil tema weigh cycling sebagai bahan disertasinya. Penelitian pun akhirnya dilakukan kepada penyandang obesitas yang mengalami weight cycling (WC) dengan membandingkan komposisi berat badan mereka terhadap penyandang obesitas pemula atau first encounter obesiry (FEO).

Hasilnya menunjukkan bahwa memang pada penyandang WC, massa lemak yang dimiliki lebih besar daripada FEO. Selain itu terdapat pula penanda inflamasi (peradangan) di pembuluh darah yang lebih buruk, yang menyebabkan penyanda WC lebih rentan terhadap penyakit-penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.

"Hal ini terjadi karena lemak mengeluarkan zat berbahaya yang dapat mengikis pembuluh darah dan menyebabkan inflamasi. Bagian pembuluh darah yang terkikis itulah yang nantinya bisa ditempeli kolesterol sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu, dan menyebabkan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular," terang dr Samuel lagi.

Penelitian dr Samuel dilakukan terhadap 73 partisipan. Sebanyak 34 orang termasuk kelompok WC dan sisanya FEO. Mereka diberikan program penurunan berat badan yang terdiri dari pengurangan asupan kalori sebanyak 1000 kkal/hari dan juga latihan olahraga intensitas ringan hingga sedang selama 45 menit dan dilakukan tiga kali seminggu.

Penelitian dilakukan selama delapan minggu. Setelah itu, dilakukan pengukuran komposisi tubuh yang terdiri dari berat badan, indeks massa tubuh, massa lemak, massa otot serta indikator anabolisme protein.

Dengan adanya penelitian ini, dr Samuel berharap bahwa masyarakat dapat lebih waspada terhadap bahaya obesitas, sekaligus memutus mitos bahwa gemuk itu sama dengan sehat.

"Jadi kalau berat badan sudah berlebih harus segera diturunkan, dan jika turun bukan berarti program diet selesai, namun harus tetap dilakukan agar berat badan tidak naik lagi yang akhirnya berimbas pada risiko penyakit kardiovaskular tadi," pungkasnya.

(rdn/rdn)

Berita Terkait