Kemenkes Pastikan Tak Ada Jemaah Haji RI Meninggal karena MERS atau Ebola

Kemenkes Pastikan Tak Ada Jemaah Haji RI Meninggal karena MERS atau Ebola

- detikHealth
Senin, 06 Okt 2014 18:47 WIB
Kemenkes Pastikan Tak Ada Jemaah Haji RI Meninggal karena MERS atau Ebola
Jakarta - Data yang dimiliki Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa 18 persen jemaah haji asal Indonesia meninggal karena penyakit pernapasan. Akan tetapi pemerintah memastikan bahwa penyakit pernapasan yang dimaksudkan bukanlah penyakit berbahaya seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) atau bahkan Ebola.

Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof Ali Ghufron Mukti, menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan penyakit pernapasan bukanlah infeksi akut seperti MERS atau infeksi virus Ebola. Sebab belum ada laporan yang mengatakan ada jemaah haji yang meninggal akibat penyakit-penyakit berbahaya tersebut.

"Bersyukur karena belum ada laporan yang mengatakan jemaah meninggal karena MERS atau Ebola," tutur Prof Ghufron kepada wartawan di Gedung Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (6/10/2014).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dijelaskan Prof Ghufron bahwa penyebab kematian akibat penyakit pernapasan yang dimaksud adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA. Cuaca panas ditambah iklim Saudi yang sabana membuat jemaah rentan terserang ISPA akibat debu dan pasir yang masuk ke saluran pernapasan.

Akan tetapi, jika akhirnya pun ada jemaah yang membawa virus Ebola atau MERS ke Indonesia, pemerintah sudah menyiapkan strategi agar tidak kecolongan. Caranya adalah dengan menempatkan thermal scanner di bandara-bandara yang akan menerima kepulangan jemaah haji.

"Ya semoga nggak ada ya yang tertular MERS atau Ebola. Hanya saja jika ada, sudah disiapkan thermal scanner ketika proses dembarkasi di bandara-‎bandara mulai 9 Oktober," sambung Prof Ghufron lagi.

Thermal scanner atau alat pendeteksi panas tubuh memang kerap digunakan untuk mendeteksi penyakit infeksi virus seperti MERS atau Ebola. Sebabnya, salah satu gejala penyakit-penyakit tersebut adalah demam dan suhu tubuh meningkat tinggi.

Ia melanjutkan bahwa sekiranya ada jemaah haji yang mengalami gejala MERS atau Ebola untuk segera melapor ke petugas haji. Laporan ini dimaksudkan agar jemaah bisa mendapat pelayan kesehatan yang sudah termasuk dalam paket haji.

‎Hanya saja, Prof Ghufron juga mengingatkan bahwa sebaiknya jemaah memiliki kartu anggota Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan agar pelayanan kesehatan bisa maksimal. Sehingga, jemaah dapat melakukan proses pengobatan di rumah sakit haji tanpa harus keluar biaya.

"Dalam waktu 2 minggu sesudah kepulangan, jemaah bisa melaporkan ke petugas hajinya jika mengalami gejala-gejala penyakit apa saja, apalagi jika MERS atau Ebola. Nanti setelah itu akan dirujuk ke RS khusus Haji. Lebih baik lagi kalau sudah punya BPJS jadinya nggak perlu keluar biaya," pungkasnya.

(rsm/vit)

Berita Terkait