"Biasanya ketuban pecah dini bisa terjadi saat ibu sering keputihan hingga terjadi infeksi di vaginanya, anemia, gizi buruk, serta kondisi kehamilan yang tidak optimal. Bisa juga karena kondisi lain yang bisa memicu infeksi seperti gigi bolong, flu, atau infeksi jalan lahir," lanjut kata dr Sita Ayu Arumi dari RS Bunda Jakarta.
Asal air ketuban tidak habis dan kualitasnya masih bagus dan kondisi bayi masih baik, biasanya tidak dilakukan tindakan operasi. Sebaliknya, jika dilihat bayi sudah mengalami infeksi, mau tidak mau harus segera dilakukan operasi sesar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika kondisi bayi dirasa sudah memburuk, jantungnya melemah, dan sudah terinfeksi maka tindakan operasi harus segera dilakukan. Senada dengan dr Sita, dr Dwiana Ocviyanti, SpOG (K) menuturkan jika bayi tidak segera dikeluarkan makin lama bisa menyebabkan infeksi pada ibu.
"Bayi pun juga bisa terinfeksi, sebab ketuban kan menghalangi bayi agar tidak terinfeksi bakteri di vagina. Nah, kalau pecah, bakteri di vagina bisa menginfeksi bayi," terang wanita yang akrab disapa dr Ovi ini.
Sementara gejala yang perlu diperhatikan oleh ibu hamil jika ketubannya sudah pecah yaitu air ketuban langsung keluar banyak, jumlahnya sekitar setengah sampai satu liter. Keluarnya cairan seperti urine ini tidak bisa ditahan melalui vagina dan dipastikan melalui tes lakmus.
(rdn/up)











































