Hal itu berakibat pada sering terhambatnya penanganan pada pasien kanker payudara. dr Aru W Sudoyo, SpPP-KHOM, pakar onkologi dari FKUI RSCM mengatakan bahwa rasa malu tersebut membuat pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) tidak populer.
"Pengalaman saya praktik, banyak yang datang ketika benjolan sudah terlihat. Tandanya kan kankernya sudah stadium lanjut. Ketika ditanya apa pernah periksa payudara sendiri mereka tersipu, malu katanya pegang-pegang payudara sendiri," tutur dr Aru dalam Temu Media Penelitian GE Healthcare soal Kewaspadaan Kanker Payudara di Hotel JW Marriot, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (3/12/2014).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan dr Aru bahwa payudara terdiri dari dua tipe. Yaitu payudara yang memiliki jaringan padat (dense Breast tissue) serta payudara yang memiliki jaringan normal. Pada payudara jaringan padat, pemeriksaan mammografi yang menjadi standar pemeriksaan kanker payudara bisa jadi tidak efektif.
"Padatnya jaringan membuat kanker yang masih kecil sulit terdeteksi mammografi. Makanya saya sangat menganjurkan melakukan pemeriksaan sendiri, ditambah mammografi tiap satu atau dua tahun sekali," tambahnya.
Ani Rahardjo, Direktur Marketing GE Healthcare Indonesia mengatakan bahwa temuan riset yang dilakukan GE Healthcare melalui lembaga riset Millward Brown menemukan fakta serupa. Dikatakannya bahwa 51 persen wanita Indonesia tahu bahwa benjolan di bawah ketiak merupakan gejala kanker payudara, namun tak tahu ada gejala lain selain itu.
"51 Persen tahu soal benjolan di bawah ketiak merupakan gejala kanker payudara. Tapi tidak tahu soal gejala lainnya seperti kulit yang seperti kulit jeruk, bentuk payudara berubah atau puting yang melesak ke dalam. Tandanya awareness gejala kanker payudara kita masih kurang," ungkap Ani di kesempatan yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2014 di 10 negara di dunia. Amerika Serikat, Brasil, Inggris, Jepang, Rusia, Australia, Korea Selatan, India, Tiongkok dan Indonesia dipilih menjadi negara partisipan.
1.000 Orang dipilih sebagai partisipan di 10 negara tersebut. Penelitian dilakukan dengan sistem online, di mana partisipan diminta menjawab pertanyaan seputar kewaspadaan terhadap kanker payudara.
Hasil lainnya menunjukkan bahwa 44 persen wanita Indonesia tahu soal jaringan padat di payudara. Namun hanya 58 persen tahu bahwa ada kaitan antara jaringan padat di payudara dengan kanker payudara.
(mrs/vit)











































