Lyubov Belkova diklaim sebagai warga Kalachi pertama yang sering tertidur lelap selama berhari-hari karena sindrom misterius ini. Kejadian ini berlangsung pada tahun 2010, dan sejak saat itu, ia dilaporkan mengalami episode yang sama sebanyak tujuh kali.
Kemudian gadis ini didiagnosis dengan stroke iskemik. Namun keanehan mulai terjadi ketika sejumlah tetangganya mulai mengalami gejala serupa. Mereka merasakan pening lalu tertidur selama beberapa hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak terbatas pada warga dewasa, anak-anak pun juga ada yang mengalaminya. Bahkan bulan September lalu dilaporkan ada 8 anak yang tiba-tiba ambruk dan tertidur saat berada di sekolah.
Penduduk semakin khawatir karena semakin hari, jumlah penderita 'sindrom putri tidur' misterius ini makin bertambah. Diduga 14 persen dari penduduk Kalachi yang hanya berjumlah 600 orang itu telah terserang penyakit yang sama.
Selama empat tahun, tim dokter pun mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada warga setempat. Awalnya mereka mengira para penduduk ini terserang encephalopathy atau gangguan pada otak, apalagi hasil scan otak dari sebagian besar penduduk menunjukkan adanya kelebihan cairan dalam otak mereka, yang biasa disebut dengan edema.
"Meskipun ada edema, anehnya tidak ada penurunan fungsi saraf. Dan tak ada gejala meningitis," keluh Kair Abdurakhmanov, dokter senior dari Regional Children's Hospital seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (18/12/2014).
Prof Jim Horne, pakar tidur dari Sleep Research Centre, Loughborough University Inggris mengatakan ini juga bukan narkolepsi maupun sindrom kelelahan kronis. Sebab, gejala narkolepsi hanya terlihat dalam waktu singkat, bukan berhari-hari seperti yang terjadi pada warga Kalachi ini.
Sementara itu, warga setempat percaya penyebab sindrom ini berasal dari bekas tambang uranium tinggalan Uni Soviet yang dekat dengan desa mereka. Namun ketika diselidiki, orang-orang yang dulunya berprofesi sebagai pekerja tambang di sana justru tidak terkena sindrom tersebut. Tingkat radiasi di desa setempat, termasuk di kota sebelah, juga tidak terlihat mengalami peningkatan.
Para peneliti yang ikut ambil bagian dalam menguak misteri ini juga tak menemukan ada zat kimia berbahaya yang terkandung dalam tanah atau sumber air di desa tersebut.
(lil/up)











































