Peneliti Sebut 65 Persen Kasus Kanker Muncul karena Kesialan

Peneliti Sebut 65 Persen Kasus Kanker Muncul karena Kesialan

- detikHealth
Jumat, 02 Jan 2015 11:19 WIB
Peneliti Sebut 65 Persen Kasus Kanker Muncul karena Kesialan
Illustrasi: Thinkstock
Amerika Serikat -

Faktor keturunan, gaya hidup, dan mutasi acak gen adalah beberapa hal yang berkontribusi terhadap munculnya berbagai jenis kanker. Tapi, di antara tiga faktor tersebut sebenarnya mana yang paling berpengaruh terhadap prevalensi kanker?

Peneliti dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat, berusaha untuk mengetahui hal tersebut dan melihat apa penyebab terbesar sel kanker tumbuh.

Dari 33 jenis kanker yang diteliti, 22 di antaranya sebagian besar terjadi akibat faktor mutasi gen acak. Kanker yang ditemukan banyak terjadi akibat mutasi acak tersebut seperti kanker leukimia, pankreas, tulang, testis, ovarium, dan otak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sembilan jenis kanker lainnya lebih banyak terjadi akibat faktor keturunan dan lingkungan yang tidak sehat dengan ekspos terhadap zat karsinogen seperti asap rokok.

Secara keseluruhan, peneliti menemukan 65 persen insiden kanker terjadi akibat mutasi acak. Semakin banyak sel membelah diri pada suatu jaringan, semakin banyak pula kemungkinan ia dapat bermutasi. Hasil tersebut telah dipublikasi di jurnal Science.

"Saat seseorang terkena kanker mereka langsung ingin tahu apa penyebabnya. Mereka ingin percaya ada alasannya dan terkadang alasan tersebut bukan karena Anda tidak hidup dengan baik atau terekspos faktor lingkungan tertentu," ujar Dr Bert Vogelstein yang terlibat dalam studi seperti dikutip dari Reuters pada Jumat (2/1/2015).

"Mereka hanya tidak beruntung. Kalah dalam pengundian," tambah Vogelstein.

Peneliti lainnya yang terlibat dalam studi, Cristian Tomasetti mengatakan mutasi yang berbahaya tersebut terjadi tanpa alasan tertentu saat sel punca membelah diri diberbagai jaringan tubuh.

Tomasetti mengatakan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat mungkin dapat mencegah risiko beberapa kanker tapi tidak semuanya.

"Oleh karena itu, kita perlu memfokuskan penelitian dan sumber daya mencari cara untuk mendeteksi kanker yang acak ini sedini mungkin," tutup Tomasetti.

(vit/vit)

Berita Terkait