Diungkapkan dr Ayodia Soebadi SpU, pada dasarnya, sunat adalah keadaan kulit tudung penis (preputium) yang tidak menutupi kepala atau glans penis. Nah, pada anak dengan hipospadia, preputium ini tidak terbentuk sempurna.
"Saat operasi, rekonstruksi dari kulit tudung penis ini dilakukan sehingga bentuk pasca operasi adalah sesuai penis yang sudah sunat," tutur pria yang akrab disapa dr Yodi ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan dr Yodi, pakar urologi anak dr Arry Rodjani SpU menegaskan anak hipospadia yang sudah menjalani operasi rekonstruksi tidak perlu disunat lagi. Tapi, patut diingat bahwa anak jangan disunat sebelum dioperasi.
"Karena kulit kulup yang berlebih ini nantinya akan digunakan untuk membuat saluran kencing. Kan membuat saluran kencing harus ada bahannya. Nah, kulit kulup berlebih inilah bahannya," tutur dr Arry.
Terkait dengan kondisi hipospadia ini, kerap dikhawatirkan bahwa penis si anak nantinya tidak bisa membesar saat dewasa. dr Arry pun menampik hal ini sebab menurutnya, pasca dioperasi penis akan berkembang sebagaimana mestinya.
Sementara itu, dikatakan dr Yodi, panjang penis dipengaruhi banyak hal. Pada penis yang bengkok akibat hipospadia, apabila tidak dilakukan operasi mungkin pertumbuhan panjang penis terhambat oleh jaringan parut atau jaringan pembengkokan yang disebut chordee.
"Oleh karena itu sebaiknya operasi hipospadia dilakukan pada masa anak-anak," ujar dr Yodi.
(rdn/vit)











































