Sakit Langka, Mahasiswa Tiongkok Ini Justru Kena DO

Sakit Langka, Mahasiswa Tiongkok Ini Justru Kena DO

- detikHealth
Selasa, 27 Jan 2015 10:07 WIB
Sakit Langka, Mahasiswa Tiongkok Ini Justru Kena DO
Ilustrasi (Foto: Getty Images)
Beijing - Mahasiswa ini bukannya sering bolos atau tak memiliki prestasi akademik. Ia bahkan masih berstatus mahasiswa baru. Namun di tengah masa studi, ia justru dikeluarkan dari kampus hanya karena mengidap penyakit genetik langka.

Awalnya, Zheng Qing (bukan nama sebenarnya) mengajukan permohonan kepada kampusnya, China Institute of Industrial Relations agar diperbolehkan untuk tidak mengikuti pelatihan militer yang diwajibkan bagi seluruh mahasiswa.

Qing mengungkapkan bahwa dirinya mengidap sebuah penyakit genetik langka bernama hemofilia, di mana penderitanya memiliki kelainan yang menyebabkan darah mereka tak dapat membeku dengan sempurna. Karena kondisinya itu, Qing memang 'diharamkan' untuk melakukan aktivitas berat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun alih-alih mendapatkan keringanan, Qing justru dipaksa untuk keluar dari kampus. Bahkan pemaksaan ini berlangsung sejak bulan September tahun lalu, meski akhirnya ia baru dinyatakan resmi keluar dari China Institute of Industrial Relations pada tanggal 6 Januari 2015.

Pihak kampus beralasan Qing dikhawatirkan akan mengalami pendarahan sewaktu-waktu. Selain itu kampus mendasarkan keputusan mereka pada peraturan menteri pendidikan Tiongkok tahun 2003 yang menyatakan bahwa setiap kampus di negeri Tirai Bambu berhak 'menolak calon mahasiswa yang mengidap kelainan darah serius, gangguan endokrin, gangguan metabolik maupun penyakit rematik'.

Sayangnya tidak diketahui secara pasti apakah Qing melampirkan keterangan tentang penyakitnya ini saat mendaftar ke China Institute of Industrial Relations atau tidak.

Hanya saja Qing kadung tak terima dengan keputusan tersebut. Untuk itu ia pun berniat mengajukan tuntutan hukum ke China Institute of Industrial Relations dalam waktu dekat.

Pengacara Qing, Wang Qiushi berargumen peraturan pemerintah yang dipakai pihak universitas untuk mengeluarkan Qing tidaklah relevan. "Peraturan itu kan hanya ditujukan untuk mahasiswa yang tak bisa mengurus diri mereka sendiri atau menyelesaikan studi mereka. Sedangkan jurusan Qing (jurnalisme) tak membutuhkan kekuatan fisik yang berarti, jadi kondisinya takkan mempengaruhi studi," tandas sang pengacara.

Wang menambahkan, kliennya berhasil menyelesaikan seluruh pendidikan dasar yang diberikan tanpa mengalami kecelakaan atau cedera yang tidak diinginkan, seperti halnya yang ditakutkan kampusnya setelah Qing mengaku mengidap suatu penyakit.

"Lagipula penyakitnya tidaklah menular sehingga Qing takkan mengganggu proses belajar-mengajar dengan menyebarkan penyakit itu ke teman-teman sekelasnya," imbuhnya seperti dikutip dari Global Times, Selasa (27/1/2015).

Kasus ini diyakini sebagai tindakan diskriminasi pertama di dunia, terutama yang dialami seorang anak didik karena penyakit langka yang diidapnya. Namun di Tiongkok, kasus serupa tidaklah langka.

Sebut saja 200-an orang penduduk sebuah desa di provinsi Sichuan menandatangani sebuah petisi untuk mengusir seorang anak berumur 8 tahun yang terjangkit HIV. Insiden ini terjadi pada bulan Desember tahun lalu. Sedangkan di tahun 2013, dua orang calon penumpang juga dilaporkan mengajukan tuntutan hukum kepda sebuah maskapai penerbangan asal Tiongkok. Usut punya usut, ternyata mereka tidak diperbolehkan naik ke pesawat karena keduanya ketahuan mengidap HIV.

(lil/up)

Berita Terkait