Lupus dikenal dengan penyakit seribu wajah karena sulit didiagnosis, bahkan oleh dokter sekalipun. Apalagi gejala satu orang dengan yang lain sama sekali berbeda. Tak heran pasien seringkali terlambat didiagnosis dan peluang kematiannya menjadi tinggi.
Prof Dr dr Nyoman Kertia, SpPD-KR dari Bagian Reumatologi RSUP Dr Sardjito mengungkapkan bahawa gejala lupus sangatlah beragam, di antaranya:
- Pegal linu seperti rematik
- Sendi terasa sakit dan bengkak
- Mudah capek
- Tak enak badan (nggregesi) atau demam
- Wajah mulai merah-merah
- Pada kulit muncul bintik-bintik
- Rambut rontok
- Sering sariawan
- Bila terkena sinar matahari, sering pusing atau warna kulit berubah
- Nyeri sendi, kemudian membengkak
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simposium tentang lupus ini rencananya akan digelar RSUP Dr Sardjito di Yogyakarta pada tanggal 25-26 April 2015.
Baca juga: Frustasi Kena Kanker Kulit dan Lupus, Christine Coba Bunuh Diri Berkali-kali
Prof Nyoman menambahkan, jangankan orang awam, dokter saja sulit mengatakan apakah pasien yang ia tangani terkena lupus atau tidak. "Sebenarnya sulit untuk mendeteksi lupus bila hanya dilihat dari gejala-gejala tersebut, karena gejalanya mirip-mirip dengan kondisi lain, seperti kurang darah atau demam," urainya.
Akibatnya, banyak pasien yang tidak tertolong karena lupus telah menyerang hingga ke organ dalam. Dari pengalaman Prof Nyoman, banyak pasien lupus yang ditangani RSUP Dr Sardjito sudah masuk ke stadium berat, atau telah mengenai organ dalamnya. "Biasanya pasien sudah muter-muter dulu ke dokter lain. Kira-kira dari 10 pasien, ada 1 orang yang langsung ke Sardjito karena mengira dirinya lupus itu saja sangat kecil," paparnya.
Beberapa organ yang sering terkena manifestasi dari lupus sendiri antara lain otak, ginjal, jantung, paru-paru, hingga liver. Pasien lupus yang sudah mengenai organ dalam sudah digolongkan ke dalam stadium berat dan kemungkinan untuk sembuhnya sangat kecil. "Kalau dari pasien saya saja sekitar 200 orang itu rata-rata setiap bulan ada 1 yang meninggal. Padahal itu sudah rutin minum obat. Saya kira ini angkanya besar ya," ungkap Prof Nyoman.
Mengapa demikian? Sebab penyakit lupus mudah memburuk dari waktu ke waktu. Selain itu, Prof Nyoman mengatakan ada faktor kebosanan dari pasien yang harus minum obat seumur hidup karena lupus, sehingga lupusnya mengalami remisi ataupun memburuk kembali.
"Padahal kalau kita manajemen dengan baik, di awal-awal gejala sudah kita terapi biasanya selamat. Tapi kalau sudah terlambat, mengenai organ dalam, bisa otak, jantung, paru-paru, ginjal, darah, maka pasien sulit tertolong lagi," ujarnya.
Baca juga: Sakit Lupus Tak Bikin Malas dan Manja, Wanita Ini Malah Bisa Taklukan Gunung
(lil/vta)











































