Faktor-faktor Ini Sering Bikin Kanker Payudara Terlambat Ditangani

Faktor-faktor Ini Sering Bikin Kanker Payudara Terlambat Ditangani

Radian Nyi Sukmasari - detikHealth
Kamis, 12 Mar 2015 09:14 WIB
Faktor-faktor Ini Sering Bikin Kanker Payudara Terlambat Ditangani
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Gejala kanker payudara memang kerap tidak disadari. Akibatnya, ketika diperiksakan ke dokter, kanker yang dialami pun sudah mencapai stadium lanjut. Apalagi, ada beberapa faktor keterlambatan penanganan kanker payudara yang umumnya terjadi di masyarakat.

Dijelaskan dr Walta Gautama SpB(K)Onk, faktor keterlambatan penanganan kanker payudara utamanya karena kurang pengetahuan tentang gejala, deteksi dini, dan terapi kanker payudara. Kemudian, kurangnya akses pelayanan kesehatan yang terjangkau. Dan yang paling sering yaitu takut menjalani terapi kanker payudara sehingga memilih ke pengobatan alternatif yang sedang marak.

"Kalau ada pengobatan alternatif yang lagi booming pasti banyak nih kasus kanker datang-datang sudah stadium 3 dan 4. Masih dini padahal, banyak coba obat ini itu, 6 bulan kemudian banyak yang datang sudah stadium 3 dan 4. Datang sudah besar benjolannya, sudah ada luka," kata dr Walta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sela-sela temu media dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) di Hotel Milenium, Kebon Sirih, Jakarta, Kamis (12/3/2015), dr Walta mengakui sebagian besar tanda kanker payudara memang tidak ketahuan. Meskipun tanda yang paling jelas yakni adanya benjolan. Nah, benjolan yang bagaimana?

"Yang bentuknya nggak jelas. Nggak bulat, nggak rata. Memang kan benjolan itu nempel ya, jadi susah dibedakan dengan jaringan payudara. Beda pada pria di mana dinding payudaranya tipis, itu lebih mudah ditemukan. Tapi ingat, hanya 1 dari 10 benjolan yang merupakan kanker," tutur dr Walta.

Baca juga: Mana Paling Efektif Deteksi Kanker Payudara: Mammografi atau 'Sadari'?

Untuk itu, selain periksa payudara mandiri (sadari), dr Walta menekankan pentingnya deteksi dini kanker payudara melalui pemeriksaan oleh dokter setidaknya setahun sekali untuk mereka yang berusia di atas 40 tahun, kemudian dengan mamografi. Di Jakarta khususnya, selama tahun 2015 YKPI akan mengadakan 60 kegiatan untuk mammografi gratis.

Dijelaskan wakil ketua YKPI, Ning Anhar, akan ada 5 kegiatan mobil mamografi di tiap bulannya. Di Indonesia, baru ada 1 mobil mammografi dari YKPI yang saat ini baru melayani warga di Jakarta untuk melakukan mammografi secara gratis. Selama tahun 2015, YKPI akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan DKI menyediakan mammografi gratis di beberapa puskesmas di 5 kotamadya dan di Kepulauan Seribu. Di setiap kegiatan, akan ada kuota untuk 50 warga yang bisa melakukan mammografi.

"Sejak ada tahun 2005 sampai 2013, sudah ada 4000-5000 orang yang melakukan mammografi. Tahun 2014 ada 700 orang. Target di tahun 2015 kita ingin 3.000-4.000 orang melakukan mammografi. Selain mammografi, rencananya juga akan ada pemeriksaan IVA. Kami juga berencana untuk membuat cabang YKPI di provinsi lain," tutur Ning.

"Lebih dulu kita lho punya mobil mammografi dibanding Malaysia. Singapura punya 2 mobil untuk 5,4 juta penduduk, lebih sedikit dari penduduk Jakarta dan disubsidi pemerintah. Di sana biayanya sekitar Rp 720 ribu per periksa, kalo kita gratis lho. Padahal untuk pemeriksaan 50 orang, biayanya cukup besar, sampai Rp 10 juta," timpal dr Walta yang juga Wakil Ketua III YKPI.

Baca juga: Mitos Biopsi Perparah Kanker, Ada Benarnya Tapi Sedikit

(Radian Nyi Sukmasari/Nurvita Indarini)

Berita Terkait