Cara Lain Obati Kanker: Penanaman Partikel Radioterapi dan Kemoterapi

Cara Lain Obati Kanker: Penanaman Partikel Radioterapi dan Kemoterapi

- detikHealth
Sabtu, 11 Apr 2015 14:00 WIB
Cara Lain Obati Kanker: Penanaman Partikel Radioterapi dan Kemoterapi
Nusa Dua -

Operasi, kemoterapi, dan radioterapi menjadi metode yang umum dilakukan untuk mengobati kanker. Kini, ada alternatif pengobatan lain yang dapat pula dilakukan yaitu metode kombinasi penanaman partikel radioterapi dan partikel kemoterapi.

Apalagi, pada beberapa pasien kanker kemoterapi dan radioterapi menimbulkan efek samping tinggi dan dirasa kurang efektif. Maka dari itu, dengan kombinasi partikel radioterapi dan kemoterapi bisa menjadi alternatif pengobatan baru, demikian diungkapkan Profesor Pengxiaochi dari Chinese Clinical Oncology Academic.

"Efek partikel radioterapi dan partikel kemoterapi pada tumor sama dengan efek kemoterapi dan radioterapi yang dilakukan bersamaan yang langsung bertarget mengenai tumornya," tutur Prof Pengxiaochi dalam The First ASEAN Academic Forum on Minimally Invasive Therapy for Tumor Treatment yang diselenggarakan Komite Akademik Tumor Invasif dan Modern Cancer Hospital Guangzhou di Ayodya Resort, Bali, Sabtu (11/4/2015).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikatakan Prof Pengxiaochi, penanaman partikel radioaktif ke dalam tumor bertujuan agar radiasi bisa membunuh sel tumor. Nah, partikel radioaktif yang digunakan adalah Iodine 125. Penanaman partikel ini dilakukan dengan sistem stereotratic. Kelebihan prosedur ini, lanjut Prof Pengxiaohi, di antaranya partikel yang ditanamkan bertarget, waktu pelaksanaan cepat, dan memaksimalkan pembunuhan jaringan sel kanker.

Baca juga: Studi: Jerawat Parah pada Remaja Putri Bisa Jadi Faktor Risiko Kanker Kulit

Penanaman partikel radioterapi juga tidak merusak jaringan normal karena hanya menarget jaringan sel kanker. Sementara, prosedur penanaman partikel kemoterapi atau yang juga disebut kemoterapi intertisial yaitu memasukkan obat anti kanker. Kemoterapi interfisial pada dasarnya berisi obat yang dapat diurai atau tidak bisa diurai melalui sistem pengantar obat. Umumnya pengantar obat terbuat dari polimer sintetis.

"Cara kerjanya, kita menusuk jarum ke permukaan kulit kemudian partikel kemoterapi dan radioterapi disusun secara beraturan ke dalam tumor. Keunggulan prosedur ini yaitu partikel ditanamkan di posisi tertentu maka langsung bertarget mengenai sel tumor," imbuh Prof Pengxiaochi.

Partikel kemoterapi menyerang sel tumor dalam jangka panjang dengan konsentrasi obat tinggi. Dengan memperhatikan konsentrasi obat di jaringan sekitar dalam jangka panjang, maka bisa dicegah terjadinya infiltrasi.

Ditambahkan Prof Pengxiaochi, sama seperti partikel radioterapi, meskipun partikel kemoterapi bisa menghasilkan konsentrasi obat yang tinggi di tingkat lokal, tetapi jumlah yang masuk ke sirkulasi darah seluruh tubuh memiliki kecepatan yang sangat kecil. Sehingga, dengan dosis obat sama, efek samping partikel kemoterapi lebih kecil dibandingkan kemoterapi konvensional.

Baca juga: Tak Hanya Gara-gara Gaya Hidup, Kanker pun Bisa Karena Keturunan

Metode ini bisa digunakan untuk tumor primer atau yang sudah mengalami merastasis seperti kanker payudara, kanker hati, kanker serviks, dan jenis kanker lainnya. Jumlah partikel yang ditanam pun tergantung ukuran tumor. Namun, jika dirasa partikel yang ditanamkan kurang, jumlahnya bisa ditambah.

Keuntungan lain prosedur ini yakni kombinasi implantasi partikel dan kemoterapi bisa dilakukan secara bersamaan. Selain tidak perlu menjalani proses operasi sekali lagi, pasien juga mendapat dua hasil sekaligus. Partikel kemoterapi dan radioterapi ini bisa bertahan di dalam tubuh selama 180 hari.

"Kita tahu umumnya, termasuk di Indonesia, kanker lidah diobati dengan kemoterapi, radioterapi, atau operasi. Misalkan dioperasi akan memengaruhi kemampuan merasa atau menelan makanan. Nah, dengan pengobatan penanaman biji partikel, kita bisa mencegah kemungkinan terganggunya fungsi lidah," tutup Prof Pengxiaochi.

(rdn/up)

Berita Terkait