Efek Samping Aneh dari Kemoterapi, Wanita Ini Kehilangan Sidik Jari

True Story

Efek Samping Aneh dari Kemoterapi, Wanita Ini Kehilangan Sidik Jari

- detikHealth
Minggu, 19 Apr 2015 12:05 WIB
Efek Samping Aneh dari Kemoterapi, Wanita Ini Kehilangan Sidik Jari
Meksiko City - Sidik jari dapat dikatakan sebagai salah satu identitas paling penting yang dimiliki manusia, karena membedakan satu manusia dengan yang lainnya, seperti halnya fitur wajah dan suara. Namun apa jadinya bila seseorang kehilangan sidik jari karena prosedur pengobatan?

Kisah bermula ketika seorang wanita asal Meksiko dilaporkan mengalami masalah tak terduga saat tengah mengurus sesuatu di bank. Tanpa diduga, transaksi nasabah ini ditolak. Namun yang tak kalah mengejutkan adalah ketika ia diberitahu alasan mengapa transaksinya tak dapat dilanjutkan. Nasabah ini dikatakan tak memiliki sidik jari.

Setelah ditanyakan ke dokter, ternyata sidik jari si nasabah menghilang akibat pengobatan kemoterapi yang dijalaninya. Kebetulan ia mengidap kanker payudara stadium lanjut, bahkan kanker si pasien sudah menyebar sampai ke paru-parunya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Pasien Kanker Payudara Tak Melulu Harus Jalani Kemoterapi

Dalam istilah medis, kondisi ini biasa disebut dengan 'hand-foot syndrome'. Namun umumnya sindrom ini hanya ditandai dengan telapak tangan atau kaki yang memerah, membengkak dan terasa nyeri. Demikian seperti diungkap Dr Yanin Chavvari-Guerra dan Enrique Soto-Perez-de-Celis, dari Institute of Medical Science and Nutrition, Mexico City dalam laporan mereka yang dipublikasikan New England Journal of Medicine.

"Akan tetapi hilangnya sidik jari merupakan komplikasi dari agen kemoterapi yang langka," timpal ahli bedah onkologi dari Lenox Hill Hospital New York, Dr Stephanie Bernik seperti dikutip dari CBS News, Minggu (19/4/2015).

Menurut Dr Bernik, gejala hand-foot syndrome seperti kulit mengelupas dan pembengkakan mungkin masih lazim ditemukan pada sebagian besar pasien kanker. Tapi kalau sampai sidik jari pasien menghilang, ia menegaskan kondisi semacam ini sangatlah tidak biasa.

Beruntung kemoterapi yang dilakukan si pasien tampaknya berhasil menyusutkan tumor di paru-parunya, sehingga dosis obatnya pun dapat dikurangi. Hanya saja, hilangnya sidik jari pasien yang hanya diketahui berusia 65 tahun itu bersifat permanen.

"Padahal biasanya gejala hand-foot syndrome pada pasien kanker akan menghilang dan kulitnya akan kembali ke kondisi semula. Tapi nampaknya hal ini tidak terjadi pasien ini," imbuh Bernik.

Baca juga: Tubuh Jenazah Sudah Hancur, Masih Bisakah Diidentifikasi Melalui Tes DNA?

(iva/up)

Berita Terkait