Pakar perinatologi Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, Sp(A)K mengungkapkan angka bayi prematur di Indonesia mencapai 15,5 per 100 kelahiran hidup.
"Katakanlah kita punya 5 juta kelahiran dalam setahun, jumlahnya kira-kira 750.000 atau mencapai satu juta. Padahal itu baru satu tahun," tandasnya dalam Media Edukasi 'Pencapaian dan Tantangan dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Bayi Prematur' di Hotel Royal Ambarrukmo dan ditulis Senin (27/4/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"3 Bulan terakhir (kehamilan) itu pertumbuhan organ-organ bayi terjadi percepatan. Kalau dia sampai lahir kurang dari 37 minggu dengan alasan apapun, misal karena preeklamsia, maka bayinya saya katakan tekor," papar dokter yang berpraktik di divisi neonatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM tersebut.
Mengapa begitu? Karena bayi yang lahir sebelum 37 minggu belum sempat mengalami percepatan berat badan dan perkembangan otak seperti bayi yang cukup bulan. Ditunjukkan oleh dr Rina, berat bayi umur 25 minggu di dalam kandungan diperkirakan sekitar 800 gram, namun dalam waktu tiga bulan terakhir melonjak empat kali lipat menjadi 3500 gram.
Itulah mengapa bayi prematur cenderung terlihat berbadan lebih kecil, begitu juga dengan volume otaknya. Padahal bayi dengan otak yang lebih kecil tentu juga sulit untuk tumbuh menjadi anak yang pandai.
Baca juga: Mau Daftarkan Bayi Jadi Peserta BPJS? Dianjurkan Sejak Hamil 6 Bulan
"Bayangkan kalau 750.000 tadi terus bertambah tiap tahunnya, 10 tahun sudah 7 juta. Beban negara akan bertambah. Karena dia harus dicarikan sekolah khusus, tidak bisa jadi SDM yang bagus, nggak bisa bayar pajak," tegas dr Rina.
Lantas bagaimana caranya untuk mencegah bayi prematur gagal tumbuh? dr Rina menekankan pentingnya pemberian nutrisi dan stimulasi secara optimal, agar keterlambatan yang dialami bayi prematur bisa terkejar. "Dulu kita mikir udah bagus dia hidup, tapi sekarang tidak bisa! Dia harus dioptimalkan tumbuh kembangnya," tuturnya.
Menurutnya, bayi prematur masih memiliki kesempatan hingga dua tahun pertama untuk digenjot pemberian nutrisi dan stimulasinya. Hal ini karena di dua tahun pertama tersebut terjadi proses perkembangan sel-sel otak menuju 90 persen.
Baca juga: Cuma 2 Jam per Hari, Metode Kanguru Bisa Tekan Kematian Bayi Prematur
(Rahma Lilahi Sativa/Nurvita Indarini)











































