"Bedanya kalau PTT kan person to person daftar mau ke mana dan tidak disiapkan seperti nusantara sehat. Untuk tim nusantara sehat ada waktu 1 bulan dibentuk jiwa korsanya untuk menambah rasa kebangsaan, sehingga dokter dan tenaga kesehatan lainnya merasa satu tim," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Kesehatan Kementerian Kesehatan drg Usman Sumantri, MSc.
Selain itu, pemerintah berusaha memenuhi lima tenaga kesehatan masyarakat, selain dokter guna mempertajam kegiatan promotif preventif di Puskesmas, demikian dikatakan drg Usman di Di gedung BPPSDM Kesehatan, Jl Hang Jebat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (30/4/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dikirim ke Pelosok, Tim Nusantara Sehat Diharap Bisa Perkuat Puskesmas
Untuk insentif dokter, dikatakan Usman sementara disamakan dengan dokter PTT karena anggaran yang disamakan yakni Rp 7-8 juta untuk dokter dan Rp 4,4-4,5 juta untuk D3. Tapi karena program Nusantara Sehat lebih spesifik diusahakan tahun 2016 insentif akan dinaikkan, tidak disamakan dengan dokter PTT. Hak cuti pun juga diberikan, sama dengan pegawai.
Dijelaskan Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kemitraan dan Pelayanan Kesehatan Primer Diah Saminarsih, satu tim nusantara sehat terdiri dari dokter umum, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatanlingkungan, ahli gizi, dan analis laboratorium, tidak ada dokter spesialis.
Dari 143 orang di nusantara sehat terdiri dari 12 dokter umum, 20 bidan, 20 perawat, 20 tenaga kesehatan masyarakt, 20 ahli gizi, 20 tenaga kesehatan lingkungan, 20 farmasi, dan 15 analis laboratorium. Daerah persebarannya di NTT, Papua, Kalbar, Kaltim, Kalimantan Utara, Maluku, Sulawesi Utara, Aceh, dan Bengkulu.
"Dari provinsi ini ada 20 puskesmas dari tahap pertama, keseluruhan ada 120 puskesmas jadi jumlah ada 960 tenaga kesehatan untuk progeam nusantara sehat di DTPK," kata Diah.
Untuk tim Nusantara Sehat sengaja dipilih mereka yang berusia di bawah 30 tahun dan belum menikah. Pasalnya, menurut Diah anak muda dinilai lebih bersemangat dan idelais dalam membawa pesan perubahan atau dengan kata lain bisa menjadi agent of change.
"Kita juga akan melakukan monitoring dan coverside, pengendalian. Memastikan mutu dan kinerja mereka tercapai, melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, bukan membuat program baru tapu tata kelola seperti melakukan advokasi, komunikasi dan pelibatan stakeholder lokal. Satu tim dari kemenkes pastikan mutu tetap stabil. Jika memang ada yang tidak sesuai ya ada punishment, minimal mengembalikan apa yang sudah dikeluarkan negara," kata Usman.
Baca juga: 144 Tenaga Kesehatan Terima Pelatihan Tim Nusantara Sehat Angkatan Pertama (Radian Nyi Sukmasari/AN Uyung Pramudiarja)











































