Kecerdasan dr Ambati sudah terlihat sejak kecil. Dia dikabarkan sudah bisa mengerjakan kalkulus di usia empat tahun. Di usia 11 tahun, dia bahkan sudah lulus sekolah menengah dan menjadi penulis pendamping buku penelitian tentang AIDS.
Di usia 13 tahun, Ambati muda menyelesaikan pendidikannya di New York University. Sekolah kedokterannya di Mount Sinai School of Medicine diselesaikan pada tahun 1995 saat usianya 17 tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia lantas menyelesaikan residensi oftalmologi di Harvard University. Sejumlah prrstasi pun ditorehkan antara lain pemenang di Westinghouse Science Talent Search dan International Science & Engineering Fair. Penghargaan bergengsi Raja-Lakshmi dari Sri Raja-Lakshmi Foundation pun disabetnya.
Kini dr Ambati bergabung dengan John A. Moran Eye Center sebagai peneliti dan dokter. Dia pun dikenal sebagai sosok yang berpengalaman dalam transplantasi kornea, keratoprosthesis (kornea buatan), penanganan katarak, lasik, serta prosedur kornea yang kompleks lainnya.
Atas pengalamannya dr Ambati kerap diundang menjadi pembicara dalam aneka kongres. Sebut saja World Ophthalmology Congress, American Society of Cataract & Refractive Surgery, serta International Congress of Eye Research.
Baca juga: dr Kent Brantly, Survivor yang Juga Dokter Pahlawan Ebola
Di sela-sela kesibukannya, dr Ambati meluangkan waktunya bekerja antara lain bersama organisasi nirlaba Orbis untuk memberikan layanan operasi dan pelatihan pada ahli bedah. Kebetulan Orbis memiliki Flying Eye Hospital yang memfasilitasi kegiatan untuk tujuan mencegah dan menangani kebutaan di negara berkembang.
Dikutip dari situsnya dan ditulis pada Senin (15/6/2015), dr Ambati menyebut dirinya mendedikasikan 1-3 minggu waktunya dalam setahun untuk menjadi relawan di suatu tempat di dunia. Selain Orbis, dirinya pernah bekerja bersama organisasi nonprofit lainnya seperti Sight for the Sightless, Help Mercy International, dan Project HOPE. Ghana, India, Malaysia, Filipina, Indonesia, Grenada dan Zambia adalah negara-negara yang pernah didatanginya untuk menjadi relawan.
"Selain bekerja dengan orang-orang luar biasa, saya telah berkesempatan membantu memulihkan penglihatan dengan operasi katarak dan transplantasi kornea untuk orang yang membutuhkan," jelas dr Ambati.
Dikatakan dia, di AS ada satu dokter mata untuk 16.000 orang, namun di beberaopa tempat di dunia hanya ada satu dokter mata untuk satu juta orang. Karena kondisinya, seringkali seseorang tidak bersekolah dan tidak bekerja.
dr Ambati memegang prinsip 'Manava Seva Madhava Seva', merupakan istilah dalam bahasa Sansekerta yang berarti melayani manusia merupakan bentuk pelayanan pada Tuhan. "Penglihatan merupakan karunia paling berharga dalam indra kita. Dengan memberikan waktu, hati, dan tangan untuk yang membutuhkan memberi kesempatan bagi kita untuk membuat perbedaan, memberi sinar ke daerah dan kehidupan yang masih gelap karena kebutaan," paparnya. (vit/up)











































