Studi: Polusi Udara 'Bunuh' Lebih Banyak Korban dari AIDS dan Malaria

Studi: Polusi Udara 'Bunuh' Lebih Banyak Korban dari AIDS dan Malaria

Rahma Lilahi Sativa - detikHealth
Sabtu, 20 Jun 2015 05:48 WIB
Studi: Polusi Udara Bunuh Lebih Banyak Korban dari AIDS dan Malaria
Jakarta - Kematian akibat penyakit-penyakit kronis seperti AIDS (Acquired Imuno Deficiency Syndrome), malaria, kanker, atau penyakit jantung dan stroke belakangan memang mengalami peningkatan. Akan tetapi dari riset terbaru ditemukan bahwa kematian terbesar bukan disebabkan oleh penyakit, melainkan polusi udara.

Dari penelitian yang dilakukan WHO tersebut tercatat polusi udara mengakibatkan 3,2 juta kasus kematian dini di seluruh dunia untuk setiap tahunnya. Ini jauh lebih besar dari total kasus kematian yang disebabkan oleh HIV dan AIDS dan malaria jika digabung sekaligus.

Fakta ini diungkap peneliti setelah mengamati kandungan khusus dalam polusi udara yang disebut dengan partikulat (particulate matter atau PM), terutama yang ukurannya tak lebih besar dari 2,5 micron dan dapat terhirup masuk ke dalam paru-paru.
 
Sumber partikulat semacam ini bisa berasal dari sisa pembakaran, pembangkit listrik berbahan bakar batubara, kendaraan bermotor, serta emisi dari industri maupun pertanian. Padahal seperti kita tahu, menghirup partikulat ini diketahui dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke dan penyakit kardiovaskular lainnya, serta gangguan pernapasan seperti emfisema dan kanker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Gara-gara Polusi Udara, Hampir 60 Persen Warga Jakarta Sakit Pernapasan
 
Ternyata ketika peneliti mencoba menghitung dampak perubahan tingkat polusi terhadap angka kematian akibat serangan jantung, stroke, penyakit pernapasan, kanker paru-paru maupun infeksi pada saluran pernapasan di daerah tertentu dengan rumusan yang mereka ciptakan sendiri, hasilnya menakjubkan.

"Kami tak menyangka betapa pentingnya membersihkan udara dari polusi terhadap tingkat kematian di daerah tertentu, bahkan di negara-negara yang notabene lebih bersih seperti di Amerika atau Eropa," ungkap ketua tim peneliti, Joshua S Apte dari Cockrell School of Engineering, University of Texas, Austin.

Dampak pembersihan udara di negara yang tidak begitu tinggi tingkat polusi udaranya seperti di Amerika atau Eropa Barat nyatanya memberikan manfaat bagi kesehatan yang sama besarnya dengan pembersihan polusi di negara paling tercemar sekalipun.

Joshua menambahkan daerah dengan polusi udara terburuk dilihat dari konsentrasi partikulatnya adalah India dan Tiongkok, yang konsentrasi partikulatnya mencapai 100 microgram permeter kubik. Padahal WHO menentukan standar partikulat dalam udara hanya terbatas pada 10 microgram permeter kubik.

"Beban penyakit global terbesar akibat polusi udara memang terletak pada India dan Tiongkok. Jika keduanya bisa mencapai target standar kualitas udara menurut WHO, kasus kematian di seluruh dunia bisa terkurangi hingga 70 persen atau mencegah sekitar 1,4 juta kematian dini setiap tahunnya," imbuh Joshua seperti dikutip dari Weather.com, Sabtu (20/6/2015).

Baca juga: Tidak Semua Masker Bisa Tangkal Pengaruh Buruk Polusi Udara (lll/up)

Berita Terkait