Nyatanya, praktek berpuasa tanpa makan nasi atau karbohidrat tersebut tidak didukung oleh dokter. dr Inge Permadhi, MS, SpGK dari Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Cipto Mangunkusumo mengaku tidak menyarankan untuk melakukan diet seperti itu.
Baca juga: Mau Ngemil Saat Program Turunkan Bobot? Semangka Bisa Jadi Pilihan Tepat
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dr Inge, trik untuk menurunkan berat badan, terutama di bulan puasa, yang paling baik adalah dengan mengurangi jumlah kalori yang dimakan. Dengan mengurangi jumlah kalori yang dimakan, kelebihan-kelebihan energi biasanya tertimbun menjadi lemak akan tidak ada.
Apalagi mengurangi jumlah kalori yang dimakan berbeda dengan melakukan pantangan terhadap menu makanan tertentu. Dengan mengurangi jumlah kalori seseorang tetap terpenuhi kebutuhan gizi dan nutrisinya karena pola makan tetap sehat dan seimbang.
"Misalnya hari biasa 3.000 kalori, tiga kali makan kan, tiap makan 1.000 kalori. Di bulan puasa kalau mau turun berat badan bisa dikurangi jadi 1.500 atau 2.000, dengan dua kali makan saat sahur dan berbuka," tuturnya.
Praktisi kesehatan dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, FINASIM mengatakan berat badan seharusnya akan turun jika puasa dilakukan sesuai anjuran. Jika tidak turun atau bahkan bertambah, artinya salah memaknai puasa.
Baca juga: Berat Badan Turun Tandanya Mendapat Hikmah Sehat Berpuasa
Menurut dr Ari, puasa berarti mengendalikan diri dalam mengonsumsi makan dan minum. Pengendalian diri dikatakan tidak berhasil jika seseorang masih makan dan minum secara berlebihan pada saat santap sahur dan berbuka, meski pada siang harinya sukses menahan lapar.
"Alhamdulillah saya sendiri sudah turun 3 kg, mudah-mudahan saya bisa mencapai penurunan sampai 4 kg di akhir puasa nanti, untuk mencapai penurunan badan 5 persen selama puasa Ramadan," kata dr Ari dalam emailnya kepada wartawan. (mrs/vit)











































