Fakta-fakta Soal Klorin dan Dioksin Ini Perlu Anda Ketahui

Heboh Pembalut Berklorin

Fakta-fakta Soal Klorin dan Dioksin Ini Perlu Anda Ketahui

M Reza Sulaiman - detikHealth
Kamis, 09 Jul 2015 16:00 WIB
Fakta-fakta Soal Klorin dan Dioksin Ini Perlu Anda Ketahui
Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Jakarta - Heboh soal kandungan klorin dalam pembalut wanita membuat sebagian besar masyarakat resah. Terlebih, merek yang disinyalir oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengandung klorin merupakan merek yang bisa ditemukan di pasaran.

Bahkan kini sudah muncul petisi yang meminta Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk mengeluarkan aturan/standar batas aman produksi dan penggunaan pembalut berklorin. Hingga pukul 14.00 WIB sudah hampir 3.000 orang mendukung petisi yang digagas di change.org tersebut.

Namun sebelum resah dan panik, ada baiknya masyarakat menelaah kembali soal kandungan klorin ini. Agar tak simpang-siur, detikHealth pada Kamis (9/7/2015) merangkum beberapa fakta soal klorin, mulai dari penggunaan dan efek sampingnya.

1. Ada di Air Ledeng

Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Air ledeng mengandung klorin dari senyawa Kalsium Hipklorit atau Ca(ClO)2. Dikutip dari situs epa.gov, air dari keran yang terdapat di rumah-rumah mengandung klorin yang relatif kadarnya sangat rendah dengan tujuan untuk mematikan kuman.

Apalagi, talang serta saluran air cenderung tertutup sehingga kontaminasi dari bakteri luar atau sinar matahari sangat tidak mungkin terjadi.

2. Digunakan oleh Industri

Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Di bidang industri, senyawa klorin digunakan antara lain untuk proses memutihkan (bleaching) pulp atau bubur kertas. Namun di negara-negara maju, penggunaan klorin sebagai pemutih sudah banyak ditinggalkan dan diganti dengan bahan lain yakni Hidrogen Peroksida (H2O2).

Salah satu alasan klorin ditinggalkan, antara lain karena menghasilkan byproduct atau hasil samping berupa dioksin. Kementerian Kesehatan juga melarang penggunaan gas klorin dalam proses bleaching atau pemutihan. Berdasarkan sampling tahun 2012 hingga 2015, pihaknya tidak menemukan pembalut yang tidak memenuhi syarat.

Dalam kaitannya dengan pembalut dan pantyliner, klorin digunakan untuk memutihkan pulp yang merupakan bahan pengisi dalam produk-produk tersebut. Proses pemutihan dengan klorin berisiko menghasilkan dioksin.

3. Menghasilkan Senyawa Dioksin

2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD) alias Dioksin
Dalam berbagai penelitian pada hewan uji, senyawa dioksin bersifat racun. Dampaknya beragam, termasuk pada sistem reproduksi dan risiko kanker. Dari berbagai jenis senyawa dioksin, 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD) disebut sebagai senyawa yang paling poten memberikan dampak bagi kesehatan.

WHO mengatakan meski demikian dioksin sebetulnya ada banyak di alam dan semua orang memilikinya dalam tingkat tertentu. Bila tak ada kontaminasi tambahan, dioksin dikatakan tak akan mempengaruhi kesehatan secara umum.

4. Dioksin lebih berbahaya daripada klorin

2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD) alias Dioksin
World Health Organization (WHO) dalam situs resminya menjelaskan bahwa dioksin memiliki potensi racun. Eksperimen dilaporkan menunjukkan dioksin bisa memengaruhi beberapa organ dan sistem tubuh.

Ketika dioksin memasuki tubuh, ia bisa tersimpan lama karena mudah terserap oleh lemak yang menjadi cadangan energi. Diperkirakan setidaknya tubuh bisa terus terkontaminasi hingga 7-11 tahun.

"Paparan jangka pendek manusia terhadap tingkat dioksin yang tinggi bisa menyebabkan lesi pada kulit seperti chloracne, penggelapan kulit, dan perubahan fungsi hati. Jangka panjang bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh, saraf, endokrin, dan reproduksi," tulis WHO seperti dikutip dari situs resminya

5. Klorin tidak menyebabkan kanker, dioksin iya

Foto: Ilustrasi/Thinkstock
Klorin memang memiliki sifat iritatif dan racun untuk manusia. Namun efek tersebut baru akan terjadi ketika kulit terpapar klorin dalam jumlah besar ataupun masuk ke tubuh karena tertelan.

Residu klorin yang ditemukan dalam pembalut serta pantyliner dikatakan dr Fielda Djuita, SpRad(K) dari RS Kanker Dharmais tidak akan menimbulkan kanker. "Kalau pembalut itu kamu rendam dalam air klorin baru dia bisa membuat iritasi. Tapi kalau yang ada di pembalut itu nggak lah, nggak akan menyebabkan kanker," ucapnya.

Namun klorin memang dapat menghasilkan hasil samping (byproduct) yakni dioksin yang memang berbahaya. Lebih jauh satu jenis dioksin bernama tetrachlorodibenzo para dioxin (TCDD) bahkan diketahui bisa memicu kanker. International Agency for Research on Cancer di tahun 2012 telah meneliti TCDD dan mengklasifikasikannya sebagai karsinogen atau zat pemicu kanker.

WHO mengatakan meski demikian dioksin sebetulnya ada banyak di alam dan semua orang memilikinya dalam tingkat tertentu. Bila tak ada kontaminasi tambahan, dioksin dikatakan tak akan mempengaruhi kesehatan secara umum.
Halaman 2 dari 6
Air ledeng mengandung klorin dari senyawa Kalsium Hipklorit atau Ca(ClO)2. Dikutip dari situs epa.gov, air dari keran yang terdapat di rumah-rumah mengandung klorin yang relatif kadarnya sangat rendah dengan tujuan untuk mematikan kuman.

Apalagi, talang serta saluran air cenderung tertutup sehingga kontaminasi dari bakteri luar atau sinar matahari sangat tidak mungkin terjadi.

Di bidang industri, senyawa klorin digunakan antara lain untuk proses memutihkan (bleaching) pulp atau bubur kertas. Namun di negara-negara maju, penggunaan klorin sebagai pemutih sudah banyak ditinggalkan dan diganti dengan bahan lain yakni Hidrogen Peroksida (H2O2).

Salah satu alasan klorin ditinggalkan, antara lain karena menghasilkan byproduct atau hasil samping berupa dioksin. Kementerian Kesehatan juga melarang penggunaan gas klorin dalam proses bleaching atau pemutihan. Berdasarkan sampling tahun 2012 hingga 2015, pihaknya tidak menemukan pembalut yang tidak memenuhi syarat.

Dalam kaitannya dengan pembalut dan pantyliner, klorin digunakan untuk memutihkan pulp yang merupakan bahan pengisi dalam produk-produk tersebut. Proses pemutihan dengan klorin berisiko menghasilkan dioksin.

Dalam berbagai penelitian pada hewan uji, senyawa dioksin bersifat racun. Dampaknya beragam, termasuk pada sistem reproduksi dan risiko kanker. Dari berbagai jenis senyawa dioksin, 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD) disebut sebagai senyawa yang paling poten memberikan dampak bagi kesehatan.

WHO mengatakan meski demikian dioksin sebetulnya ada banyak di alam dan semua orang memilikinya dalam tingkat tertentu. Bila tak ada kontaminasi tambahan, dioksin dikatakan tak akan mempengaruhi kesehatan secara umum.

World Health Organization (WHO) dalam situs resminya menjelaskan bahwa dioksin memiliki potensi racun. Eksperimen dilaporkan menunjukkan dioksin bisa memengaruhi beberapa organ dan sistem tubuh.

Ketika dioksin memasuki tubuh, ia bisa tersimpan lama karena mudah terserap oleh lemak yang menjadi cadangan energi. Diperkirakan setidaknya tubuh bisa terus terkontaminasi hingga 7-11 tahun.

"Paparan jangka pendek manusia terhadap tingkat dioksin yang tinggi bisa menyebabkan lesi pada kulit seperti chloracne, penggelapan kulit, dan perubahan fungsi hati. Jangka panjang bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh, saraf, endokrin, dan reproduksi," tulis WHO seperti dikutip dari situs resminya

Klorin memang memiliki sifat iritatif dan racun untuk manusia. Namun efek tersebut baru akan terjadi ketika kulit terpapar klorin dalam jumlah besar ataupun masuk ke tubuh karena tertelan.

Residu klorin yang ditemukan dalam pembalut serta pantyliner dikatakan dr Fielda Djuita, SpRad(K) dari RS Kanker Dharmais tidak akan menimbulkan kanker. "Kalau pembalut itu kamu rendam dalam air klorin baru dia bisa membuat iritasi. Tapi kalau yang ada di pembalut itu nggak lah, nggak akan menyebabkan kanker," ucapnya.

Namun klorin memang dapat menghasilkan hasil samping (byproduct) yakni dioksin yang memang berbahaya. Lebih jauh satu jenis dioksin bernama tetrachlorodibenzo para dioxin (TCDD) bahkan diketahui bisa memicu kanker. International Agency for Research on Cancer di tahun 2012 telah meneliti TCDD dan mengklasifikasikannya sebagai karsinogen atau zat pemicu kanker.

WHO mengatakan meski demikian dioksin sebetulnya ada banyak di alam dan semua orang memilikinya dalam tingkat tertentu. Bila tak ada kontaminasi tambahan, dioksin dikatakan tak akan mempengaruhi kesehatan secara umum.

(rsm/vit)

Berita Terkait